0.16

145 15 0
                                    

_______________............______________

Saat ini Gumi sedang dibuat kesal dengan aksi Viaz. Mata bulat Gumi berkaca kaca pertanda akan mengeluarkan air mata jika sang empu sekali berkedip.

Viaz yang sedari tadi menunggu didekat pintu kamar mandi dibuat gelisah.

Saat ingin membuka kenop pintu kamar mandi. Pintu itu justru terbuka terlebih dahulu.

Viaz yang melihat Gumi keluar dengan berderai air mata sontak mendekap gadis nya lembut.

"Sstt, is something bothering you?." Viaz mengelus pundak Gumi seraya mengucap kan kata kata penenang.

Gumi yang dasar nya memiliki pikiran parno sontak semakin menangis kejer.

Viaz yang mengetahui jika gadis nya sedang dalam mood buruk sontak menggendong Gumi lalu membawa nya ke kasur.

Beberapa menit berlalu. Viaz senantiasa menenangkan, sesekali mengecup pipi gembul Gumi yang menggoda.

"Nangisin apa?." Viaz berucap seraya menarik dagu Gumi agar menatap dirinya.

Gumi yang sedang lelah sontak menguap, Viaz dibuat terkekeh. Lucu sekali, pikir Viaz.

"G-gumi sakit, h-hiks liat." Gumi berucap seraya memperlihatkan leher putih nya yang sekarang ada tanda merah keungguan.

"Kata Tante Tania, kalo ada tanda kaya gini. I-itu tanda nya udah kena penyakit, t-terus bakalan jadi z-zombie. Hiks huaa." Gumi bercerita seraya kembali menangis, Viaz yang sedari tadi mendengarkan cerita gadis nya sontak tersenyum tipis.

'antara bego sama polos sama aja, gak ada beda nya.' Viaz membatin seraya menghapus jejak air mata Gumi.

"Cenggeng." Viaz menyentil kening Gumi dengan pelan, Gumi yang mendapat perlakuan itu sontak memukul lengan viaz dengan keras.

~

"Lo dengerin gue gak sih?!."
Tara berkacak pinggang seraya menatap sahabat nya garang.

"E-eh, hehe sorry. Gak fokus gue cok."

Tara menatap sahabat nya dengan malas.

"Btw yang tadi itu siapa? Kek nya baru liat deh gue."

Tara mengalihkan tatapan nya. Lalu menaikan alis nya.

"Lo kek nya salah makan deh za."

"Gue serius markonah. Gue jadiin manusia guling juga lo lama-lama."

"Berani lo. Itu kak Viaz, ya kali lo lupa. Aneh banget." Tara bangkit dari duduk nya lalu menatap dirinya dicermin.

"What the puk!! Yang bener aja dong. Gue kira tadi berbatang anjir, gak tau nya berlubang."
Laurenza, sahabat Tara sejak smp itu sontak menggeleng brutal.

"Congor lo kalo ngomong difilter dong." Tara menatap Renza dengan sinis, lalu kembali kegiatan nya.

"Eh ya sorry, lagian gue kan jujur. Btw cakep cok mwhehehhe."

Tara menatap sahabat nya aneh, lalu meraih ponsel nya.

"Jangan belok ya. Gila aja lo sampe belok cuman gara gara kakak gue yang model an remah pisang gosong begitu. Ya minimal kek Jung jaehyun gitu."

"Heh kutu onta, yang bener aja kakak sendiri dinistain. Durjana lo."

Tara mengalihkan tatapan nya malas, lalu melangkah menuju keluar kamar.

"Woy tungguin dong."

~

Tara menatap kakak nya malas, seraya berdecak. Lalu tatapan nya beralih ke gadis yang ada disamping kakak nya. Ia tanpa sadar tersenyum Semar.

"Lo, inget gue?."

Gumi yang sedang asik dengan permen milkkita yang ada ditangan nya sontak menatap gadis didepan nya bingung.

"Lupa ya? Oke, mari perkenalan kembali." Tara berucap dengan lirih. Ia merasa sesak saat teman kecil nya melupakan nya, ia tersenyum Semar.

"Kenalin, gue Tara Avisha Xaveri." Tara mengulurkan tangan nya berharap ia bisa menjabat tangan teman nya itu.

Gumi yang sedari tadi termenung sontak menegang saat gadis didepan nya menyebutkan nama nya.

Ia tak sedang bermimpi kan. Tara? Teman semasa kecil nya itu?

Gumi bangkit dari duduk nya dengan mata berkaca kaca.

"T-tara?." Gumi menatap Tara dengan tak percaya.

"Yes my bocil." Tara terkekeh pelan. Lalu terjangan pelukan yang ia dapat kan. Saat tersadar dari terkejutan nya ia sontak memeluk Gumi dengan erat.

"G-gumi kangen sama tartar. Huaa."

~

Viaz menatap Tara dengan tajam. Berani berani nya adik nya itu memonopoli gadis nya agar menjauhi dirinya.

Tara yang mendapatkan tatapan itu sontak menatap kakak nya mengejek seolah olah berkata.
'Se? Gue yang menang.'

Viaz berdecak seraya mengalihkan tatapan nya kearah lain. Tanpa sadar tatapan nya bertemu dengan gadis yang ada disamping adik nya.

Viaz menaik kan alis nya seolah bingung.

"Oh iya, kak gue ntar mau keluar. Sama temen gue ya." Tara meminta izin ke Viaz seraya memakan kripik singkong yang ada dihadapan nya.

"Ke?."

"Hah?." Bukan, bukan Tara yang menjawab melainkan Laurenza.

"Ck, kalo ngomong jangan irit-irit dong." Tara menatap kakak nya dengan sinis.

"Oh." Viaz menjawab seraya mendekati Gumi.

"Kok lo makin ngeselin si kak?" Tara kesal dengan kakak nya ini, lalu menatap sahabat nya yang sedari tadi seperti nya tertekan.

"Gue mau keluar sama Laurenza. Ntar bilangin ke mama ya? Awas aja gak lo bilangin, gue aduin ke mama kalo lo abis grepe-grepe anak orang." Tara berlari dari hadapan kakak nya seraya menarik lengan Laurenza.

Viaz berdecak, tak ayal tersenyum tipis.

"Kakak kenapa?"

~

"Hah, akhir nya gue bisa menghirup udara segar."

Tara menatap Renza dengan tulus. Ia tau apa arti kalimat yang keluar dari mulut gadis itu.

"Ra, gimana rasa nya punya keluarga lengkap?."

Tara menatap Renza dengan rumit.

Laurenza terkekeh hambar, lalu tersenyum sendu ke arah Tara.

"Gue cape Ra."

Tara mendekap Renza dengan hangat, sambil menyalurkan kata kata penenang.

_______________............______________

Hai para readers ku!!...

Sorry ya baru update lagi.
Soalnya akhir-akhir ini author nya pada lagi sibuk

Happy reading guys!!..😄


Eh iya, jangan lupa di vote ya dan apabila ada kesalahan dalam pengetikan kasih tau ya di komentar.

See you next chapter ya guys!!..👋

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang