2

370 42 7
                                    

Malfagio

Pagi itu, Rhiana di antar sampai rumahnya tanpa harus repot menjelaskan jalan pada sang supir. Walau aneh, tapi Rhiana enggan bertanya karna dia tau kalau pria paruh baya itu pasti tidak akan mau menjawab. Pada intinya, pria itu tau persis dimana tempat tinggalnya. Dan Rhiana tau semua yang terjadi tadi malam hingga pagi ini semuanya itu janggal, Termasuk orang-orang yang ia temui di rumah Jimin.

Rhiana kebingungan. Waktu itu terasa seperti mimpi namun nyata. Dia merasa baru saja masuk kedunia lain dan bertemu seorang pangeran dan orang-orang nya, sebentar saja lalu kembali normal lagi. Cerita satu malam itu terus membebani fikirannya hingga satu Minggu kemudian. Pertanyaan siapa, kenapa, dan apa, menyerangnya dalam beberapa hari.

Rhiana sudah mencoba mencari di semua sosial media tentang Jimin. Hampir setiap malam sepulang dari kampus Dia menelusuri pencaharian dalam akun siapapun yang bekerja di perusahaan ExmAlFagiO hingga keakar-akarnya. Namun tak kunjung menemukan apapun ataupun petunjuk. Tidak ada yang menampilkan artikel-artikel soal siapa bos perusahaan besar itu. Belum lagi, setelah hari itu. Jimin menghilang bak di telan bumi. Tidak pernah lagi muncul di manapun.

Mungkinkah hanya mimpi?

Tapi kalau pun itu mimpi. Tetap saja aneh.

"Aku fikir kau tidak datang" Karina menyingkirkan tas nya dari kursi memberikan Rhiana tempat duduk.

"Aku harus Selesaikan kuliahku tahun ini" Rhiana memijat pelipisnya "tapi judul skripsi ku pun belum juga di terima"

Karina terkekeh sambil merangkul bahu Rhiana "jangan ambil pusing. Tahun depan pun bisa kan?"

"Tahun depan beda cerita lagi"

"Oh iya. Bagaimana pria yang kau bilang waktu itu?"

Rhiana berdecak "Lupakan saja. Mungkin itu hanya mimpi"

Karina juga berdecak "masih saja. Itu bukan mimpi. Jelas-jelas hari itu aku menelfonmu pagi-pagi karna kau tak ada di rumah. Lalu kau bilang ada di rumah seorang pria dalam keadaan telanjang. Jangan menyangkal lagi. Itu bukan mimpi Rhiana"

"Mungkin kau juga bermimpi"

"Jadi maksud mu kita bicara di telfon dalam mimpi. Begitu?" Karina nyaris tertawa "apa kau berusaha melucu?"

"Pokoknya lupakan saja. Aku tidak ingin memikirkan hal-hal tidak penting seperti itu"

Saat itu. Karina tidak bicara lagi karna dosen pada akhirnya mengisi kelas dan menghentikan semua pembicaraan. Suasana seketika hening, hanya ada suara dosen pembimbing. Namun masih saja kepala Rhiana terasa sangat bising. Hingga jam berikutnya, Rhiana tak bisa fokus hingga akhir sampai tidak sadar kalau mata kuliah telah berakhir sejak 5 detik lalu.

"Ayo. Aku lapar" Karina berdiri duluan.

Rhiana mejantuhkan kepalanya ke atas meja "aku merasa tidak enak badan"

"Jadi?"

"Aku sudah menelfon Dario untuk datang menjemputku. Aku mau pulang saja"

"Baiklah" Karina duduk kembali "Aku akan menunggu sampai Dario datang"

"Terserah kau"

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang