9

134 29 5
                                    

ExmAlFagiO

"Kenapa kau mengeluh dengan semua kemewahan ini Rhiana" Karina bicara sambil melihat kesana kemari dengan perasaan kagum. Sejak dia sampai di rumah Jimin, Karina tidak pernah mau berhenti heran dengan apa yang ia lihat disana.

Rhiana merebahkan tubuhnya kesandaran sofa. Sekarang mereka duduk di sunroom yang dinding dan atapnya hanya kaca sehingga mereka bisa melihat langsung langit dan pemandangan pekarangan luas milik Jimin dari dalam sana. "Aku tidak mengeluh dengan kemewahannya. Tapi dengan yang punya kemewahan ini. Apa kau mau tinggal dengan orang asing? Dengan orang yang tiba-tiba datang seolah dia sudah lama mengenalmu?"

Karina menghela nafas berat dan bersandar juga "Memang yang seharusnya kau pikirkan adalah itu. Apa dia pernah menyentuhmu?"

"Sering"

"Jadi kau sudah......" Karina sengaja menggantung kalimatnya sambil menutup mulut.

"Tidak. Aku tidak pernah tidur dengannya. Hanya ciuman kecil saja"

"Aneh. Kau sudah cek kesehatan jiwanya?"

"Sehat seratus persen. Masalahnya, Semua orang-orang nya juga kebingungan dan bertanya-tanya dimana dia mengenalku"

Karina bangun lagi untuk menyeduh teh yang sebelumnya di bawakan Lusi "Bagaimana dengan Dario?"

"Aku tidak tau. Sejak hari itu dia tidak pernah lagi menelfonku. Ponselnya juga tidak aktif"

"Aku curiga padanya. Aku tau dia memang tidak beres dari dulu"

"Itu karna kau memang tidak pernah suka padanya kan. Sekarang setiap ada masalah kau timpakan pada dia"

Karina berhenti menanggapi. Tidak mau mendebat, sebab pembicaraan itu tak akan pernah berhenti kalau tidak mengalah. Karna Karina tau Rhiana begitu mempercayai Dario sementara dirinya tidak. Ada beberapa alasan mengapa demikian.

"Owh iya" tiba-tiba Karina teringat sesuatu sembari mengambil tas nya dan mengeluarkan sesuatu "Aku akan menikah" katanya sumringah sambil menunjukkan undangan berwarna merah muda.

"Dengan grey?"

Karina berdecak "Dengan siapa lagi. Hanya itu satu-satunya pria bodoh yang berhasil mencuri hatiku. Aku akan menikah dengan dia pada akhirnya"

Rhiana menerima undangan itu lalu di buka "Minggu depan?"

"Iya. Secepat itu" Karina memegang perutnya "aku hamil. 2 bulan. Aku melakukan pemeriksaan 2 hari yang lalu karna grey curiga saat aku mual sepanjang hari. Dan ternyata benar hamil"

"Karna itu kau memutuskan untuk menikah. Andai kau tak hamil, tidak akan menikah"

"Jangan terlalu di bawa serius. Grey itu sebenarnya bukan tidak mau, tapi hanya ingin menambah kekayaan saja sedikit demi sedikit agar aku tak kesulitan nanti"

Rhiana memutar bola mata "Lalu sekarang bagaimana? Bebannya bertambah satu"

"Aku bukan beban yah" Karina memukul bahu Rhiana kemudian menunduk menatap perutnya "dia juga bukan"

Rhiana menghela nafas kemudian bangun dari duduknya "aku tidak tau aku bisa datang atau tidak"

"Kenapa tidak?" Karina ikut berdiri

"Jimin mengurungku disini. Kau tau itu"

"Kabur saja sekarang kalau begitu"

Rhiana menoleh kebelakang "kau bisa melawan semua penjaga itu?"

"Bisa. Maksud ku tidak bisa"

Mereka saling menatap kemudian tertawa bersama.

Obrolan keduanya berlanjut lama. Rhiana dan Karina berpindah dari sunroom ke meja makan saat Lusi datang memberitau kalau makan siang sudah siap. Kemudian kembali lagi ke sunroom dan berpindah kekamar saat sudah malam. Di sela itu, Karina selalu pamit untuk pulang namun Rhiana menahannya hingga wanita itu bertahan sampai pukul 10. Dan pada akhirnya Karina baru pulang setelah grey menelfonnya dengan mengomel.

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang