13

174 36 9
                                    

ExmAlFagiO

Jauh dari perkiraan nya. Ternyata keluarga Jimin tidak seperti apa yang dia pikirkan. Mereka semua sama hangatnya Dengan Jimin. Rupanya Rhiana Sudah sangat termakan cerita fiksi, soal orang kaya raya yang begitu sombong dan angkuh. Tidak, bukan hanya cerita fiksi. Rhiana juga mengalaminya secara nyata dari keluarganya di Monako. Tetapi Keluarga Jimin membuktikan bahwa semua orang itu berbeda meski berada di posisi yang sama.

Dan Rhiana penasaran pada satu hal. Tentang ayahnya Jimin. Sejak masuk kedalam mobil dan dalam perjalanan pulang Rhiana baru terfikir kalau di acara tadi dia tidak pernah melihat keberadaan ayah pria itu.

Rhiana menoleh. Tetapi mengurungkan niat untuk bicara karna Jimin sedang menutup mata sambil bersandar ke jok. Dan pada akhirnya dia berakhir menatap wajah tampan itu yang sedang tertidur di sebelahnya. Rhiana akui itu. Karna di lihat dari dekat. Jimin ternyata seribu kali lebih tampan. Hidungnya mancung, alisnya tebal, rahangnya kokoh seperti pahatan sempurna dari seorang seniman hebat. Bagian mana lagi yang bisa di pungkiri dari wajah sesempurna itu.

"Kau terlihat seperti akan menciumnya kalau dilihat dari sini"

Rhiana terkejut oleh suara Regar yang tengah menyetir "suaramu membuatku takut" katanya sambil bergeser sedikit kedepan lebih dekat pada Regar. Memastikan suaranya tidak mengganggu tidur Jimin Rhiana kembali bicara "Apa kau tau di mana ayah Jimin. Aku tidak melihatnya di acara tadi. Atau memang Jimin yang tak memperkenalkan aku padanya?"

"Ayahnya tidak tinggal disini"

"Tidak tinggal disini?"

"Yah. Dia tinggal di Monako. Perusahaannya berada disana"

Kepala Rhiana meneleng ke samping "Di Monako dia memiliki perusahaan. Lalu disini Jimin memiliki dua perusahaan. Apa mereka tidak begitu akrab?"

"Bukan begitu. Sebenarnya Jimin dan semua keluarganya awalnya tinggal di Monako. Tapi neneknya tinggal Di Kolombia. Namun sejak nenek Jimin meninggal mereka semua pindah kesini Karna Jimin harus mengurus dua perusahaan yang di tinggalkan nenek dan kakeknya. Kecuali ayah Jimin, karna dia pun tidak bisa meninggalkan pekerjaannya disana"

"Bahkan ketika putrinya menikah?"

"Ya. Buktinya dia tak datang kan"

Rhiana melirik Jimin sekilas yang masih tertidur. Namun posisi kepalanya sedikit berubah dari yang ia lihat beberapa menit lalu. Rhiana menggeser tubuhnya lagi kembali mendekat, kemudian pelan-pelan mengarahkan kepala Jimin agar bersandar di pundaknya.

Jadi Jimin pernah tinggal di Monako sebelumnya. Ternyata pria itupun sama dengannya, Hanya seorang pindahan dari Monako ke Kolombia. Rhiana sedikit terkejut untuk informasi itu.

"Kita sudah sampai"

Rhiana masih bertahan pada posisinya karna kepala Jimin di bahunya "kau duluan saja. Biar aku yang bangunkan dia"

Setelah Regar turun dari mobil. Rhiana bergerak pelan-pelan menyentuh lengan Jimin "Kita sudah sampai" ujarnya pelan.

Untungnya Jimin bukan tipe orang yang susah di bangunkan. Pria itu langsung bergerak dan membuka mata setelah merasakan lengannya di goyangkan.

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang