15

184 35 8
                                    

ExmAlFagiO

Rhiana mengabaikan panggilan itu. Mengecilkan dering ponselnya lalu kembali pada baju di tangannya "Aku akan beli yang ini saja" ujarnya dan menyerahkan itu kepada karyawan wanita yang sejak tadi berdiri tak jauh dari keberadaan nya. Sementara pria tadi Masih bertahan di sebelahnya dengan senyum tipis.

Rhiana membungkuk sedikit "Terimakasih karna sudah membantu ku memilih"

"Tidak apa-apa. Aku hanya melihatmu kebingungan tadi jadi aku datang kesini" pria itu diam sejenak kemudian tiba-tiba menyodorkan tangannya "namaku Edbert. Kau?"

Rhiana membalas jabatan tangan Edbert "Caitlin Rhiana"

"Senang bertemu denganmu Rhiana" Edbert mengeluarkan kartu nama dari dalam tasnya "sebenarnya aku adalah seorang Designer. Minggu depan aku lomba jadi sedang mencari model. Kalau kau bersedia bekerja sama denganku tolong hubungi aku"

"Kurasa kau salah orang. Aku tidak berbakat jadi model" Rhiana mengatakan dengan jujur. Walau dia pernah ikut lomba semacam itu sesekali saat masih sekolah, tapi ini tidak sama.

"Aku bisa mengajarimu"

"Dalam waktu satu Minggu? Itu mustahil"

"Tidak ada yang mustahil. Maka dari itu, hubungi aku segera jika kau bersedia" Edbert membungkuk memberi salam dengan sopan "Aku menunggu keputusanmu Rhiana. Aku pamit"

Rhiana menatap punggung pria itu yang mulai menjauh hingga menghilang. Kemudian pandangannya jatuh di atas kartu nama yang ia genggam. Tawaran yang begitu mendadak, Tapi Rhiana merasa ingin mencobanya.

"Anda tidak apa-apa?"

Rhiana mengangguk sambil memasukkan kartu nama itu kedalam tasnya dan meninggalkan tokoh baju itu. Di belakangnya, ada dua pengawal Jimin yang mengikutinya menuruni eskalator. Begitu tiba di lantai dua, bertambah lagi dua pengawal lainnya ikut berjalan di belakangnya. Begitupun di lantai satu. Sampai Rhiana merasa risih karna semua perhatian mengarah padanya. Jadi Rhiana cepat-cepat berjalan dan melompat masuk ke mobil.

"Ada apa?" Regar memperbaiki posisi duduknya begitu menyadari Rhiana sudah datang.

"Tidak apa-apa. Ayo pulang"

Dan perkara Kartu nama Edbert berlangsung hingga malam. Rhiana terus memikirkan dengan gelisah karna dia merasa ingin tetapi takut. Dia tidak ingin ambil resiko Edbert kalah karena ini adalah perlombaan. Namun pada akhirnya dia menerima juga.

Rhiana memberi kabar besok paginya. Dan saat itu juga pun Edbert mengajaknya bertemu untuk mulai latihan di kantornya yang tersedia ruangan khusus latihan maupun belajar.

Waktu Rhiana menjadi padat karna itu. Setiap pagi dia berangkat dan pulang sekitar pukul 3 sore karna dia juga masih harus kuliah online sampai malam. Dan tidur sekitar pukul 12. Terkadang juga Rhiana baru tidur pukul 2 jika ada tugas tambahan.

Selama itu pula, Jimin tidak pernah menelfonnya. Terkahir kali adalah di mall namun Rhiana tidak menjawab panggilannya. Meski demikian, Rhiana yakin pria itu pasti sudah tau semuanya terutama soal kerja sama dengan Edbert itu.

"Hari ini Latihan terkahir kita" Edbert mengambil botol air minum di sudut lalu diberikan pada Rhiana "Kau siap untuk besok?"

"Siap tidaknya aku harus siap kan. Tapi bagaimana kalau kita kalah?"

Edbert tertawa "disini bukan fokus pada modelnya tapi bajunya. Walau kau tidak bagus tapi setidaknya karyaku bagus"

Rhiana memukul lengan Edbert. Yah, terus bertemu dan terus bersama beberapa hari ini mereka jadi lebih dekat sekarang. "tapi tetap saja aku yang akan pakai bajunya"

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang