5

187 32 2
                                    

ExmAlFagiO

Setelah selesai mandi. Rhiana turun kebawah menggunakan dress berwarna merah maroon yang panjangnya di bawah lutut dengan bahu terbuka. Sebenarnya, agak sedikit berlebihan tapi hanya itulah yang lebih bagus untuk di gunakan dari pada yang lain. Masalahnya, ada banyak sekali baju-baju yang tersedia di dalam lemari tapi semuanya tak sesuai selera Rhiana.

Oh ya. Syukurnya, Jimin tidak bohong perihal ponsel. Ketika Rhiana memintanya, pria itu langsung memberikannya. Kini, Rhiana menepi di kolam renang lagi untuk menghubungi Karina. Sementara Jimin ada di dalam ruang tengah sebab beberapa detik lalu dia kedatangan temannya.

Kolam renang dan ruang tengah hanya di batasi dinding kaca sehingga Rhiana masih bisa melihat Jimin dan temannya sedang mengobrol. Rhiana tidak tau dua pria tampan itu sedang membicarakan apa, Intinya keduanya sesekali akan melihat kearahnya.

"Memangnya siapa wanita itu?" Jack. Teman Jimin melirik Rhiana lagi.

"Calon istriku"

Kening Jack berkerut sambil menghisap rokoknya "aku tidak mengerti. Bukankah kau baru bertemu dengannya?"

"Tidak usah banyak tanya. Selesaikan saja kasus itu"

"Bagaimana caranya. Ada banyak sekali teman Jesika yang siap menjadi saksi kalau Wanita itulah yang membunuhnya"

"Mereka bohong"

"Aku tau" Jack berdecak dan menghembuskan asap rokoknya "Tapi sulit untuk...."

"Sulit bukan berarti tidak bisa. Aku tidak mau kalau sampai wanita itu di penjara"

"Sepenting itu dia bagimu"

"Lebih penting dari apapun"

Jack memicing sembari menaikkan satu kakinya di atas paha "Aku penasaran. Sungguh"

"Selesaikan saja tugasmu"

"Jadi dia akan tinggal disini bersamamu?"

Jimin mengangguk pelan "Sampai pembunuhan Jesika terbongkar"

"Ahh. Kau selalu saja buat susah" Jack berdiri kemudian menghampiri Rhiana "Kau benar-benar tidak tau siapa yang membunuh Jesika?"

Rhiana menatap tak suka dan enggan menjawab.

"Apa kaulah yang sebenarnya berbohong. Siapa lagi kalau bukan kamu. Siang itu Jesika menyirammu. Mungkin kau kesal sekali jadi mendorongnya kesungai"

Rhiana kini berdiri. Meski begitu tinggi badannya tetap saja kala jauh "kau tidak perlu mengurusi orang lain"

"Aku harus mengurusi karna aku adalah pengacaramu"

"Aku tidak memintamu untuk jadi pengacaraku"

Jack menunjuk Jimin "pria itu yang memintaku"

"Kalau begitu bicara saja padanya. Jangan padaku" Rhiana menatap sinis lalu berjalan kedalam rumah.

"Caitlin"

Rhiana mendengar panggilan Jimin namun dia tak mau menoleh lantaran terus berjalan melewati ruang tengah menuju tangga.

"Caitlin"

Rhiana masih tidak mau menoleh.

"Aku akan sita hp mu lagi kalau kau...."

"Apaaa" Rhiana berhenti di tengah tangga dan menjawab kesal.

Jimin terkekeh kecil "kesini sebentar"

"Tidak mau"

"Kesini sebentar Caitlin" Jimin menekankan kalimatnya.

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang