ExmAlFagiO
∆
"Jadi beginilah cara kerja kantor polisi Colombia?" Jack berjalan kedalam sambil melihat-lihat sekitar. Beberapa menit lalu dia baru saja tiba di kantor polisi tempat Rhiana di tangkap.
Salah satu polisi yang saat itu sedang duduk di kursinya seketika berdiri "kau siapa?"
Jack menyodorkan tangannya "Jack. Tidak punya nama depan, tidak punya nama belakang juga" polisi itu hanya diam sehingga Jack tertawa kecil "Boleh aku duduk dulu?" Padahal dia sudah duduk tanpa di suruh "aku pengacaranya Rhiana Caitlin"
"Kasusnya sudah mau ditutup"
"Bawa Rhiana sekarang kesini" Jack menyilangkan kaki "Aku tidak mau clien ku dimasukkan kedalam penjara karna di tuduh"
"Kami punya banyak bukti"
Jack mengangkat kedua bahunya "bawa kedepanku sekarang. Aku mau lihat bukti seperti apa yang kau maksud"
"Kurang apa lagi kesaksian dari teman-teman Jes...."
"Ouwhhhh" Jack menggeleng-geleng "Aku tidak percaya kau bisa jadi polisi" Dia mendekat sedikit "Kau tau kenapa ada yang namanya bukti. Karna mulut tidak bisa di percaya"
Polisi itu menghela napas panjang. Dia nampak sangat kesal kini.
"Bawa Rhiana sekarang juga kedepanku. Jika kalian sudah menemukan bukti, aku sendiri yang akan bawa dia kembali kesini"
Polisi itu terdiam. Sebelum memutuskan dan memerintahkan polisi lainnya untuk mengeluarkan Rhiana "Aku kirim kan bukti secepatnya"
"Aku penasaran" Jack merebahkan tubuhnya di sandaran kursi "Kenapa kau ingin sekali Kalau wanita itu pelakunya"
"Karna memang dia"
Jack menarik nafas hendak membalas. Namun kembali menutup mulutnya rapat-rapat begitu polisi tadi kini kembali dengan membawa Rhiana. Jack sontak berdiri dan Syok. Wanita itu nampak sangat kacau. Lebam di wajahnya parah sekali. Darah mengering disudut bibir dan pelipisnya Masih terlihat. Kentara sekali kalau wanita itu sudah di hajar habis-habisan, bahkan berjalan pun dia seperti tak bisa.
Jack langsung menangkap Rhiana dan menggendong nya di lengan. Dia memperbaiki posisi wanita itu di tangannya selagi matanya sibuk memperhatikan wajah para polisi itu satu persatu. Detik berikutnya Jack berdehem sambil tertawa kecil.
"Siapa yang memukulinya?" Semua polisi itu terdiam sehingga Jack hanya mendesah panjang lalu berbalik "Padahal aku hanya ingin lihat wajah pelakunya sebelum dia mati" katanya sembari berjalan keluar.
Di luar, sudah ada satu mobil yang menjemput. Jack langsung meletakkan Rhiana di belakang sementara dirinya duduk di depan dan Regar mengemudi.
"Dia tidak mati kan?" Regar mengintip sedikit kebelakang sambil menancap gas.
"Pingsan"
Tiba-tiba Regar bergidik "aku merinding"
"Aku juga"
"Pasti malam ini juga aku disuruh cari pelakunya" Regar melirik Rhiana lagi lewat kaca "aku tidak mau menebak kali ini dibunuhnya dengan cara apa. Uhh aku tambah merinding"
Sementara Jack hanya tertawa menanggapi.
••
Rhiana mendesis dan mengerang kecil, dia berusaha membuka mata dan menemukan dirinya didalam gendongan Regar menuju kedalam rumah. Rhiana tidak tau apa yang terjadi, terakhir kali yang dia ingat adalah Jack ada di kantor polisi sebelum akhirnya hilang kesadaran. Rhiana bahkan masih kebingungan sampai saat dia di pindahkan ke gendongan Jimin begitu tiba di ruang tengah. Tapi anehnya, Rhiana seketika merasa aman seolah itu adalah tempat yang pas. Sampai-sampai tidak sadar memeluk leher Jimin saat pria itu berjalan menaiki tangga untuk membawanya ke kamar. Sepanjang itu, Rhiana tidak mau berhenti menatap wajah datar pria itu. Tatapan matanya dingin. Rhiana menerka mungkin Jimin marah karna dia tidak menurut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Incident
RomansaMereka harus kau paksakan seperti apa?. sebagaimanapun caranya menjelaskan perihal seberapa besar dia mencinta, mereka tetap tidak akan bisa bersama. Jimin Malvagio Caitlin rhiana