8

178 32 8
                                    

ExmAlFagiO

Tadi, sehabis mandi. Begitu keluar dari kamar mandi Rhiana sudah bisa melihat makanan di atas nampan dan satu ponsel terletak di meja. Sesuai perkataan Jimin. Namun Rhiana hanya memperhatikan ponselnya di banding Makanannya dan segera menelfon Karina hanya untuk memberi kabar pada awalnya. Namun kenyataannya mereka berakhir bicara di telfon hampir dua jam sebab menceritakan kronologi dari awal hingga akhir kemudian ketiduran. Alhasil, pukul 3 dini hari Rhiana terbangun karna merasa lapar. Kesalnya. Makanan di meja tadi siang sudah dingin jadi Rhiana terpaksa kebawah untuk mencari yang baru.

Rhiana berharap tidak ada orang lagi yang berkeliaran. Pasalnya, dia hanya mengenakan dress tidur tipis berwarna pink sebatas paha dan lengannya hanya seutas tali. Rambutnya juga ia cepol asal membuatnya nampak lebih terbuka dari segala sisi. Beruntungnya benar tidak ada orang. Walau terasa sedikit horor. Rumah sebesar itu dalam keheningan sesungguhnya menakutkan.

Rhiana menguap sambil membuka kulkas. Dan langsung mengambil dua buah roti dan satu telur. Pertama, Rhiana memasukkan rotinya kedalam mesin toaster. Kemudian meletakkan teflon ke atas kompor dan menyalakan api. Setelah di rasa panas, Rhiana memasukkan satu telur yang sebelumnya ia ambil.

Selagi menunggu, Rhiana menatap sekitar. Dan bertanya-tanya apa Jimin sudah pulang?. Terakhir kali pria itu mengatakan akan pergi sebentar. Apa mungkin sudah di kamarnya?.

Pandangan Rhiana berpindah ke pintu kamar tamu yang di tempati Jimin.

Sampai saat ini Rhiana masih belum bisa mengerti apapun. Dan tau kalau sampai kapanpun itu tidak akan pernah bisa mengerti kalau Jimin tak menjelaskan. Tapi pria itu tak mau bicara. Jimin hanya menunjukkan segalanya melalui sikap. Seolah-olah mengatakan kalau hubungan mereka itu lebih dari persepsinya.

Rhiana menduga. Jimin mungkin laki-laki jahat yang menculik wanita demi kepentingannya sendiri. Atau mungkin untuk di perjual belikan. Atau bisa saja di perbudak. Tapi tidak ada penjahat yang memperlakukan baik mangsanya. Jimin tidak pernah menyentuhnya lebih selain ciuman dan sentuhan kecil. Jimin juga tidak pernah menyiksanya seperti memukul ataupun melakukan kekerasan lainnya. Jimin benar-benar memperlakukannya sangat baik. Bahkan Pria itu rela tidur di kamar tamu dan memberikan kamarnya pada Rhiana.

"Telurnya gosong"

Rhiana terkejut. Buru-buru mematikan kompor dan merasakan perutnya di peluk dari belakang.

"Sedang memikirkan apa?"

Rhiana di buat merinding mendengar Jimin berbisik di telinganya. Kepalanya meneleng kesamping karna Jimin meletakkan dagunya di atas bahu Rhiana.

"Kenapa belum tidur?"

Rhiana menelan ludah dan bergerak tak nyaman "terbangun karna lapar" Rhiana semakin kesulitan bicara sebab sekarang Jimin menciumi leher hingga bahunya.

"Kau tidak makan makanan dari Lusi?"

"Aku....." Rhiana dalam hitungan detik menutup mata lalu di buka kembali "aku Ketiduran tadi karna kelamaan bicara dengan Karina"

Jimin tiba-tiba teringat sesuatu lalu memutar tubuh Rhiana menghadap padanya dan diangkat ke atas meja dapur. Jimin tersenyum sambil meraba paha Rhiana dan perlahan di buka lebar untuk dia berdiri di antaranya. Sehingga posisi mereka semakin rapat.

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang