26

105 18 5
                                    

ExMalFaGio

Begitu Yoshi pergi. Jimin berbalik untuk memeriksa Rhiana tetapi tidak nampak siapa siapa di hadapan nya, Tiba tiba Rhiana menghilang begitu saja. Jimin terkejut dalam waktu yang lama sebelum menyadari sesuatu yang aneh, Hari yang semula gelap kini menjadi terang. Jimin menutup matanya dalam hitungan detik lalu di buka kembali lalu memperhatikan sekitar. Ini bukan vila nya di Monako, melainkan kan rumah nya di Kolombia.

Dia kembali. Jimin kembali ke masa depan.

Jimin mengusap wajahnya gelisah kemudian berlari keluar.

"Mau kemana?"

Panggilan itu menghentikan Jimin di teras depan lantas menemukan Regar tengah duduk di kursi sembari merokok.

"Kerumah sakit"

"Siapa yang sakit?"

Jimin mendekati Regar "sudah berapa hari sejak meninggalnya..." Hati Jimin kembali terasa sesak. Dia mencoba menahan diri dari emosi dan lubang kesedihan yang tercipta lagi "Sejak meninggal nya Rhiana?"

Regar tampak kebingungan "Dua Minggu? Kau lupa?"

"Antar aku ke makamnya"

Dan setibanya di pemakan Kolombia. Jimin berlutut di samping nisan atas nama Rhiana tak berdaya. Jimin gagal, perjalanan waktu itu hanya sia sia saja. Atau mungkin kejadian itu tidak lebih dari sekedar mimpi yang tercipta karna Jimin terlalu takut hidup tanpa Rhiana. Keinginan besar dan penyesalan tidak bisa melindungi Rhiana mungkin membuat Jimin memimpikan hal hal semacam itu.

"Aku fikir kau sudah baik baik saja"

Jimin menarik nafas panjang kemudian berdiri "ayo cari pelakunya"

"Apa maksudmu. Dia sudah di tangkap"

"Sudah di tangkap?"

"Kau tiba tiba lupa ingatan? Kau sendiri yang menangkapnya"

"Siapa?"

"Yoshi"

"Dimana dia sekarang?"

"Kantor polisi"

"Antar aku kesana"

Jimin tidak pernah menduga bahwa Yoshi adalah dalang dari penembakan itu. Sebab keparat itu sudah menghilang 2 tahun lalu bersama dengan organisasi dan pengikut pengikutnya. Polisi juga mengatakan, bahwa Yoshi telah bermigrasi ke negara lain dan tidak pernah menampakkan diri lagi semenjak hari itu. Rupanya, Masih tersimpan begitu besar kebencian di dalam hatinya.

Tidak lama dalam perjalanan. Regar dan Jimin tiba di kantor polisi. Jimin langsung di antar ke ruang jenguk sementara Regar menunggu di luar. Sejujurnya, datang kesana adalah pilihan yang salah. Sebab begitu Yoshi muncul di balik kaca pembatas Jimin memanas. Kepalan tangannya mengencang namun mencoba menahan diri dengan menutup mata sejenak sambil menghirup udara sebanyak banyaknya.

"Kenapa kau datang kesini?"

"Aku ingin melihat. Seberapa tampan kau memakai pakaian polisi"

Yoshi terkekeh kecil "bagaimana pemakamannya? Berjalan lancar?"

"Berkat kau"

"Harusnya kau berterimakasih. Aku sudah menyiapkan segalanya jauh jauh hari. Termasuk rangkaian bunga turut berduka cita. Apa kau suka bunganya?"

"Akan kubawah kedepan rumah mu. Karna disana akan ikut berduka"

Yoshi mendekat ke kaca pembatas "jangan sentuh keluargaku brengsek"

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang