24

168 30 5
                                    

EXmalFagiO

Dari sekian lama tidak berjalan di tengah-tengah kota yang menjadi saksi dirinya lahir dan tumbuh. Rhiana menghirup banyak-banyak pasokan udara kedalam dadanya yang kian lama semakin perih ketika tempat-tempat tertentu mengingatkan nya pada masa lalu kelam yang berkali-kali menikam jantungnya. Suara-suara yang tak ingin ia dengar mendadak bising di telinganya seolah-olah menghakimi bahwa Rhiana tidak pantas datang kesana. Namun dia mencoba menyakinkan diri memasuki area pemakaman.

Di depan pintu gerbang. Yang di atasnya tertulis Pemakaman Monako. Rhiana menutup mata sambil menggenggam erat buket bunga di tangannya sebelum memutuskan masuk ke pemakaman di atas bukit itu. Yang di sekelilingnya di suguhkan pemandangan laut. Cuaca sangat cerah hari ini, hanya ada satu dua orang yang juga sedang berziarah disana.

Rhiana sempat kebingungan. Karna ini pertama kalinya dia kesana jadi sulit menemukan makam ibunya di tengah banyaknya makam yang lain. Tetapi dia tidak sengaja melihat seorang gadis dengan rambut di gerai memakai kaca mata hitam sedang berjongkok di samping makam tidak jauh dari posisinya berdiri. Ketika Rhiana sadar, dia hendak berbalik saat perempuan itu sudah ingin beranjak pergi.

"Rhiana?"

Langkah Rhiana terhenti.

"Rhiana? Kau benar-benar Rhiana?" Wanita itu mendekat.

Mau tidak mau Rhiana terpaksa berbalik "Angelina. Apa kabar?"

"Ya ampun. Aku tidak menyangka bertemu denganmu disini. Aku fikir kau sudah mati" Wanita dengan make up lumayan tebal itu menutup mulutnya seolah telah salah bicara sambil tertawa. Kemudian menatap Rhiana dari bawa sampai atas "Kau berubah banyak. Sekarang lumayan cantik"

"Kau juga lumayan. Tidak dekil seperti dulu lagi" meski sudah lama sekali. Suasana dingin di antara mereka masih terasa sampai sekarang. Agelina, sepupunya itu tidak pernah berubah. Memberi kebencian akibat perselisihan orang tua.

Angelina terkekeh samar "Kau mau apa disini? Mau berziarah makam ibumu" Dia berdecak dan menggeleng geleng "Dasar tidak tau malu. Saat ibumu meninggal kau pergi begitu saja. Setelah sekian lama datang kembali seolah tidak bersalah"

"Kau tau apa" Rhiana melewati Angelina kemudian berjongkok lalu meletakkan buket bunga yang ia bawa ke atas makam ibunya "Kau sendiri. Apa yang kau lakukan disini? Mau cari muka pada orang yang sudah meninggal?"

"Setelah ini mau mampir ke kafe Caitlin Rhiana?"

"Untuk apa?"

"Aku mau mengobrol sebentar dengan sepupu yang sudah lama sekali tidak kutemui" Angelina tidak menunggu jawaban lantaran melanjutkan "Aku tunggu di depan" katanya dan berlalu.

Rhiana mengabaikan Angelina dan menatap nisan yang tertulis nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat ibunya. Ia sentuh nama itu hingga seketika air matanya jatuh. Tiba-tiba penyesalan menyumpal relung hatinya sampai kesulitan mencuri nafas. Kesalahan-kesalahan dulu mengapa begitu menyiksa, berdiri disana membuatnya malu dan berfikir apakah ibunya akan marah atas segala kesalahannya.

Rhiana sungguh meminta maaf telah menjadi pecundang. Kabur dari masalah, lari dari kenyataan dan membuat hidup yang palsu di tempat lain. Rhiana jujur menyesal.

Tetapi pada saat itu Rhiana tidak tau harus berbuat apa. Setelah kehilangan ibunya. Rhiana merasa jalan hidupnya tertutup begitu saja sehingga tidak ada lagi tujuan untuk hidup. Sebelum memutuskan untuk pergi, Rhiana sempat bertahan hidup dengan keluarga yang katanya akan merawat agar bisa bahagia bersama. Namun ternyata, omongan palsu semata. Janji kosong demi mendapatkan harta yang pada saat itu masih di tangan Rhiana. Setelah berhasil di dapatkan, Rhiana di buang seperti sampah.

IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang