ExmAlFagiO
∆
Dari banyaknya kejadian hidup sampai saat ini. Rhiana mengaku, tempat paling nyaman dan aman adalah pelukan Jimin. Dingin pun bahkan tak bisa mengalahkan hangatnya itu. Semua hal membuktikannya, betapa Rhiana tidak ingin keluar dari bathtub. Karna dia tak ingin berakhir bersama Jimin malam itu berendam sambil merebahkan tubuhnya di dada pria itu. Walau fikirannya terus berkelana sejak Jimin tak berhenti menciumi pundak telanjangnya dari belakang, walau darahnya terus berdesir karna Jimin tidak mau berhenti meraba-raba pinggangnya. Rhiana tetap tidak ingin semua sentuhan itu berakhir.
Rhiana tau itu adalah kesalahan. Menjadikan dirinya wanita murahan seolah-olah haus belaian. Tetapi untuk kali ini saja, biarkan dia merasakan cinta yang terus terasa dari ujung jemari Jimin.
"Caitlin" Bisikan Jimin menyadarkan Rhiana.
Wanita itu bergerak perlahan untuk menghadap pada pria itu.
"Caitlin" Ucap Jimin lagi. Tangannya perlahan menyentuh tengkuk Rhiana sementara matanya sayu. Dirinya hampir habis dimakan gairah membara.
Rhiana yang akhirnya sadar pada saat itu perlahan menjauh. Dia keluar dari bathtub dengan perasaan kosong selagi Jimin menatap nya dengan eskpresi penuh harap bercampur kecewa.
"Aku sudah selesai" ucap Rhiana gugup. Di raihnya handuk digantungan lalu keluar dari sana.
"Apa aku membuatmu tidak nyaman lagi?"
Rhiana tidak mau berbalik. Dia pura-pura mencari baju nya di lemari padahal tangannya meraba kemana-mana.
"Caitlin aku minta maaf"
Tangan Rhiana seketika berhenti bergerak "berhentilah meminta maaf. Kau tidak salah"
"Apa aku membuatmu tidak nyaman lagi?"
Rhiana akhirnya berbalik "Yah. Kau selalu membuatku tidak nyaman. Keberadaanmu, dan semua tentangmu"
"Aku minta maaf"
"Apa kau tidak punya untuk dikatakan selain maaf?" Rhiana berbalik lagi dan mengambil asal baju dari gantungan "kau tau. Malam ini pertama kalinya aku berendam dengan seorang pria. Membiarkan kulitku di sentuh didalam air dalam keadaan telanjang. Dan membiarkan seorang pria mencium bibirku. Itu pertama kalinya bagiku"
"Aku senang mendengarnya"
"Aku mengatakan itu bukan untuk membuatmu senang. Tapi untuk memberitahumu betapa sulitnya aku di sentuh tapi tidak jika denganmu. Aku tidak tau kenapa aku mengatakan ini padamu. Fikiranku hanya sedikit kacau" satu-satunya yang Rhiana hindari adalah perasaannya yang mulai melunak.
"Kau berusaha menutupi hatimu yang mulai terbuka. Itu yang ku lihat" Jimin tersenyum.
Rhiana terpaku pada Mata pria itu dan senyuman manis itu. Sialnya, perkataan Jimin sungguh tepat sasaran. Rhiana kacau hanya karna hal itu. Dia berusaha menghindari perasaan aneh yang mulai mengaliri darahnya.
"Istirahatlah" Jimin menatap Rhiana cukup lama lalu pergi.
"Aku hanya bimbang karna tidak tau apa-apa"
"Aku akan memberitahumu semuanya besok" Ujar Jimin Tanpa berbalik dan benar-benar pergi.
Karena janji dalam perkataan Jimin itu. Pada akhirnya Rhiana tidak bisa tidur karena terlalu penasaran. Dia menunggu tidak sabar sampai besok paginya. Namun sialnya, Dia tidak bisa menemukan Jimin di manapun saat bangun tidur. Ketika dia bertanya pada Lusi, rupanya pria itu ada perjalanan bisnis ke Phoenix dan berangkat tadi subuh. Katanya sekitar pukul 4 dini hari. Rhiana tidak tau apakah pria itu menghindar lagi perihal semalam, intinya Rhiana tidak rela di bohongi. Jadi dia segera menelfon Jimin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Incident
RomansMereka harus kau paksakan seperti apa?. sebagaimanapun caranya menjelaskan perihal seberapa besar dia mencinta, mereka tetap tidak akan bisa bersama. Jimin Malvagio Caitlin rhiana