Bagian 20. Permintaan maaf

43 23 15
                                    

"Selamat siang, diharapkan kepada 11 IPS 2 dan 10 IPA 2 yang mengikuti lomba hadangan untuk segera menemui kami di ruang konseling. Saya ulangi, di harapkan kepada 11 IPS dan 10 IPA 2 yang mengikuti lomba hadangan untuk segera menemui kami di ruang konseling. Terimakasih"

Pengumuman keras penuh penekanan itu mengundang rasa heran dari semua penjuru sekolah, mereka saling menerka satu sama lain ada apa ini? Tak ayal kelas yang dipanggil pun ikut keheranan setengah mati.

"Apaan itu?" Lowen yang tak mendengar jelas bertanya pada teman kelasnya.

"Katanya anak kelas hadangan suruh ke ruang konseling"

"BUSET"

Tok tok tok

Ketukan pada pintu mencuri atensi mereka, Adlen juga Denis berdiri disana dan meminta mereka untuk segera menghadap ke kesiswaan.

Sahira, Sahara, Rea, Rigel, Gebby juga Abim berjalan dengan perasaan yang sedikit tak mengenakan. Mereka tiba disana bersamaan dengan anak 11 IPS 2 yang ikut sampai. Semua yang ada pada saat itu sebagian merasa kebingungan, dan sebagian lagi berkeringat dingin.

Pak Kahfi selaku guru kesiswaan menghela nafas berat, ia duduk di depan para perempuan-- dan satu pria yang sudah terlebih dahulu mendudukkan diri mereka di hadapannya.

"Yohan, Juna, Adlen, kesini"

Ketiga lelaki yang dipanggil pun segera memasuki ruangan dengan Juna yang membawa 1 buah laptop ditangannya.

Mauren sudah memasang wajah piasnya seolah mengetahui sesuatu yang akan terjadi setelah ini.

Juna mengotak atik laptop milik Yohan yang ia pinjam dan mengakses sebuah rekaman yang menunjukan kecurangan 11 IPS 2.

-

"Bel aku kena ih ini"

"Udah lah santai aja, mereka mana bisa speak up sih hahahahah"

"Keliatan juga cupu anjir"

"Oke deh, tapi aku kayak takut aja Ren, Bel"

"Ck ah ribet lu"

-

Putaran sebuah rekaman yang menunjukan percakapan Bella, Mauren dan Zura seolah menjadi malapetaka bagi mereka. Semua tim hadangan yang berkumpul disana memberikan semua atensi mereka pada ketiga orang yang sedang menunduk malu dan menahan tangis itu.

"Mau ngaku ga?" Lontaran keras dari Yohan seakan semakin membuat ketiganya terpojok.

"Kita ga ngelakuin itu!" Bella berteriak lantang membuat semua menoleh aneh pada dirinya.

Yohan menatap Bella tak minat. Ia menyunggingkan senyum tipis, "Masih ga mempan, Jun. Puterin yang satunya"

"JANGAN!"

Belum sempat Juna memberikan reaksi pada perkataan Yohan, Mauren secara tiba tiba berdiri dan berteriak memberi kontra.

Semua fokus tetap tertuju pada gadis itu. Mauren menggigit bibirnya dan kembali berseru dengan suara bergetar, seruan yang membuat Bella juga Zura seakan ditimpa batu besar.

"IYA IYA GUE NGAKU, GUE SAMA MEREKA UDAH BUAT CURANG. STOP IT YOHAN!"

Tim hadangan XI IPS 2 sontak menatap marah, mereka sungguh malu. Kejadian ini memang tak sekali dua kali.

"Ren..."

Pak Kahfi menanggapi dengan marah, Adlen yang ikut kesal pun menyeletuk, "Hukum aja pak, parah pisan"

*Banget

"Dih ga bisa seenak jidat gitu dong! Lo cuma adek kelas, jangan sok ngatur! Lagian kita gak sesalah itu, kok!"

TroubELEVEN [og]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang