Bagian 40. Gak boleh rakus

51 21 16
                                    

"Kamu mau masuk dulu gak, Agas?"

Pertanyaan itu hanya dibalas gelengan oleh Bagasdi, "Gak usah Far. Aing mau ke Bah Daming langsung. Sekalian mampir Indo juga"

Fara mengangguk dan melambaikan tangan ketika Bagasdi semakin menjauh dari pandangannya. Ia memasuki rumah, begitupun Bagasdi yang berhenti tepat di depan Indoapril di dekat rumah Fara.

"Nadin Amizah?" tanya Bagasdi cepat kala melihat seseorang yang wajahnya terasa sangat familiar.

Wanita yang sedang memilah keripik itu menatap aneh Bagasdi, "Apaan sih sokab amat?"

Bagasdi tergelak ketika menyaksikan wajah orang di depannya yang terlihat sedikit was-was dan kesal.

"Nadin ini aing, Bagas"

Gadis yang dipanggil Nadin ini spontan mendelikkan mata dan menunjukan ekspresi malasnya, "Lo ngapain sih disini?"

Nadine Batari. Salah satu siswi SMAN Elang kelas 11 IPS 5, kelas paling belakang. Nadine yang kerap kali namanya terdengar pada pengeras suara sekolah karena melakukan perbuatan onar, sudah tak heran lagi. Dengan perawakan yang selalu sinis ketika menatap, membuat ia banyak tak disukai oleh siswa siswi disana. Terkecuali untuk Bagasdi, lelaki itu senang sekali menjahili Nadine yang memang gampang emosi. Sumbu pendek lah istilahnya.

"Aing lagi mandi lumpur"

Brak

Nadine melempar keripik yang ia pegang ke arah Bagasdi saat mendengar jawaban yang dilontarkan lelaki itu padanya. Untung saja Bagasdi memiliki refleks yang cepat dan berhasil menangkap keripik tadi.

"Buset Din santai"

"Males gue sama lo, jauh-jauh deh ah"

"Gak ah, nanti lo kangen. Repot" ujar Bagasdi sembari mengikuti Nadine berjalan, Nadine yang mendengar perkataan itu sontak memperagakan seperti hendak muntah.

"Najis tralala trilili"

"Nujas najis ntar demen mampus lu Nad"

Nadine terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan Bagasdi, 'cih, dasar kadal', pikirnya.

Mereka berjalan ke arah kasir. Bersamaan dengan Nadine yang menyimpan barang belanjaannya di meja kasir, Bagasdi pun turut mengikuti.

"Ih lo ngapain sih? Gue duluan. Ngantri dong"

Seolah tak mendengar suara apapun, Bagasdi meminta sang kasir untuk segera menghitung semua belanjaan itu. Lalu memberikan uang sesuai dengan nominal yang diucapkan.

Bagasdi membawa 2 kresek itu diikuti Nadine yang sudah menatap kesal.

"Belanjaan gue kenapa lo bawa? Demi Gas. Gue gak mau bercanda dah. Ditungguin Ayah gue di rumah!"

Bagasdi dengan santai menyodorkan salah satu kresek yang isinya semua belajaan Nadine. Membuat sang empu mengangkat salah satu alisnya pelik.

"Ambil, gue yang bayarin. Sebagai hadiah kita ketemu lagi. Dadah Nadin Amizah" pamit Bagasdi setelah memindahkan salah satu bawaan itu ke tangan Nadine dan segera menghidupkan mesin motornya.

Nadine masih berdiri menerka keadaan, "Kok bisa ada orang se-random dia? Dasar orang aneh. Tapi makasih, nanti kalau ketemu gue ganti" gumamnya setelah melihat punggung tegap Bagasdi yang sudah hilang menjauh.

***

Suara gema tawa para pemuda itu benar-benar menghidupkan suasana. Apalagi Abim yang sangat receh dan Rendra yang mempunyai suara paling berat.

TroubELEVEN [og]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang