Siang itu terik sekali, matahari seolah berada benar-benar di atas mereka. Zaidan bahkan beberapa kali mengeluh ingin minum dan istirahat. Pada mata pelajaran olahraga saat ini cukup menguras tenaga.
"Dul ini kapan beresnya?" Tanya Zaidan dengan suara pelan pada Deano sembari mengusap peluh keringat di pelipisnya. Deano yang ditanya hanya mendekatkan jam tangan yang ia pakai ke depan wajah Zaidan, membuat lelaki itu terbelalak.
"Buset masih 45 menit lagi" Lirihnya.
Mereka kembali berkegiatan, sampai 15 menit kemudian Pak Rifan selaku guru olahraga dipanggil untuk ke ruang guru membuat sisa waktu mereka tanpa dibimbing olehnya.
"Anak-anak, dengarkan. Bapak ada urusan, kalian habiskan waktunya dengan olahraga bebas. Jangan ada yang istirahat sebelum lonceng bunyi. Paham?"
"Paham, Pak!" Ucap mereka serentak
Zaidan bersorak dalam hati, ia bisa istirahat sekarang. Persetan dengan pengumuman itu.
Selepas Pak Rifan meninggalkan lapangan, tempat luas itu menjadi ricuh. Mereka berseru kesenangan.
"Yes! Kantin lah kuy"
Rasyid memberi kode kepada teman temannya untuk berjalan mengikuti dirinya, ia melangkah dengan penuh kepercaya dirian membuat yang lain menatap jengah.
"Awas lu Cid ngelawan guru mulu, ntar kena karma"
Rasyid terlihat tak memperdulikan perkataan Teresa, ia dengan santai melangkahkan kaki jenjangnya ke arah kantin. Disusul oleh Shaka, Zaidan, Habsi dan Satria.
Sahara mendelik melihat itu, "Dasar begajul"
***
Lain halnya dengan Lily yang sedang berjalan ke pinggir lapangan. Ia terdiam, semua tatap manusia padanya seolah menunjukkan ketidak sukaan. Apalagi setelah mengetahui bahwa dirinya adalah adik tiri dari Satria, membuat beberapa dari mereka ada yang menjadi baik, dan ada pula yang semakin jahat.
Lily menundukkan kepala, sampai saat Zea menepuk bahunya dan membuat lamunannya buyar.
"Apa Ze?"
"Lo kenapa?"
"Hah?"
Lily dibuat heran, ia menatap Zea yang sedang duduk di sampingnya sembari menegak air minum pada tupperware orange kesayangannya.
"Mereka lagi ya?" Tanya Zea yang dibalas senyum masam oleh Lily.
"Gapapa lah, it's ok"
Lily berkata sambil menguatkan hati, membuat Zea terbahak lumayan keras oleh pernyataan itu, "Lo bilang gitu kayak gak ada tempat buat lo pulang aja, kayak gak ada tempat buat lo cerita aja. Kan ada gue, babeh. Bahkan lo bisa aja cerita ke Rendra kalau lo mau"
"Makasih" Lirih Lily yang sedari tadi menundukkan kepala.
"Hah? Kerasin dong"
"Makasih"
"Hah apa sih?" Zea seolah tak mendengar dengan mimik wajah yang dibuat buat.
"MAKASIH ZEA" Teriakan itu sontak membuat yang lainnya menatap terkejut dan Zea yang sudah tertawa tak karuan di sampingnya.
Ia menetralkan tawanya dan berdehem, "Gitu dong Ly, semangat lagi, ngegas lagi. Masih ada hari ini buat lo selesain, gue bakal kapanpun ada buat lo sama IPA 2. Gue gak akan sibuk, kalau lo ada yang nyakitin ntar gue siram dianya pake kuah bakso. Kita serang sama sama!
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubELEVEN [og]
Подростковая литература"Kelas tanpa solidaritas itu cuma ampas" --- Kilas balik akan mulainya pertemanan mereka dari awal MOS sampai menginjak kelas XI akan dimulai. Mulainya pertemanan, persahabatan, jalinan asmara, bah...