Bagian 12. Dihukum bersama

63 27 8
                                    

Lily bangun dari tidur dengan perasaan yang sedikit ganjal hari ini, dirinya seperti akan mendapat suatu kejadian tak mengenakan.

Sekolah sudah ramai, batik yang mereka pakai berwarna biru selaras dengan langit pagi ini. Kelas X IPA 2 diisi keributan.

"Gue daritadi kaya ngerasa apa gitu, ga enak bener"

"Kita bakal dihukum gak sih gara gara kemarin?" Celetukan dari Teresa spontan mengingatkan mereka.

"JANGAN CEMAS, KAN BARENGAN" Lowen menenangkan rasa was was mereka dengan wajah tak meyakinkan.

"Halo, selamat pagi. Ditujukan kepada semua murid X IPA 2 agar segera turun ke lapangan. Sekali lagi ditujukan kepada semua murid X IPA 2 agar segera turun ke lapangan. Segera. Terimakasih"

Ucapan mereka yang masih basah itu langsung dijatuhi, mereka menatap satu sama lain dan memberanikan diri turun ke lapangan. Semua pasang mata melihat dari jendela, Bagasdi berlari ricuh. Dirinya tak ingin merasa dipermalukan, ia pun bersikap seolah menikmati itu tanpa takut dan diikuti semuanya.

Kini lapangan tengah alias lapang tempat upacara sudah berkumpul para anak anak IPA 2.

Kakak pembina kemarin, ketua pramuka, dan Bu Nafisah berdiri menatap nyalang mereka yang berbaris menunduk.

"Kalian ini kenapa sih? Sudah tau kalau ekskul pramuka ini wajib. Masih saja dilanggar, kakak bakal mentolelir kalau hanya satu atau dua orang. Ini satu kelas? Astaga. Baru kali ini kakak dapet siswa yang bandelnya keterlaluan kayak kalian."

Kakak pembina itu mengomel panjang, disusul omelan Bu Nafisah yang membuat mereka menelan ludah kasar sangking garangnya wajah yang ditampilkan.

"Ibu benar benar kecewa sama kalian, apa kalian gak mikir konsekuensi ngelakuin ini? Seumur umur ngajar, baru kali ini ada yang pemikirannya unik kaya kalian. Ibu bener bener marah"

"Bagus dong bu, pengalaman baru"

Sahutan dalam keheningan yang menjawab Bu Nafisah itu sangat memancing perkara. Dalam hati mereka sudah tertumpuk sumpah serapah untuk Rasyid.

Bu Nafisah yang menghakimi mereka spontan semakin memuncak amarahnya.

Ketua pramuka yang sedari tadi diam pun maju ke depan.

"Angkat wajah kalian, liat orangnya kalau ada yang sedang bicara" Ucapan tegas itu membuat mereka mengangkat wajah takut. Rea melebarkan matanya, ketua pramuka itu serasa sangat familiar. Dia adalah orang yang menabraknya waktu itu. Dirinya kaget begitupun sang Ketua pramuka yang sama terkejutnya namun menutupi ekspresinya dengan benar.

Yohan Agis Adelardo. Ketua pramuka angkatan baru itu menampakan wajah tegasnya. Mereka yakin jika tidak dalam kondisi formal maka dia orang yang sangat humoris.

"Kalian lari keliling lapangan 15 kali. Saya awasi dari sini" Suara lantang membuat mereka menahan teriakan. Langit seolah mendukung, hari ini sangat terik sekali.

"Kak 10 aja please" Gebby memberi

"Oke 20, jangan protes atau saya tambah lagi" Final Yohan membuat satu kelas itu semakin mengaduh dan mengutuk Gebby di benak mereka.

Lapangan yang cukup luas juga teriknya matahari pagi yang lumayan menyengat membuat tenaga mereka cepat terkuras hanya dalam 5 putaran.

Larian pun semakin memelan, apalagi bagi Milan yang tak terbiasa.

"Ayo, 15 putaran lagi. Kabur saja semangat, masa baru segini udah nyerah?" Yohan memberikan tatapan menantang.

Seekor kucing tak disadari mengikuti mereka berlari, sang kucing menghampiri kaki Milan yang membuat gadis itu menjengkit terkejut dan mengeraskan larinya karena terus dikejar. Tawa pun menggema membuat siswa siswi yang mendengar dibuat penasaran.

TroubELEVEN [og]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang