Bagian 39. Konspirasi

47 24 21
                                    

"Kalian pernah gak sih kepikiran kalau kita tuh cuma karakter game yang dimainin sama player, terus player itu tuh ternyata karakter game juga yang dimainin sama player lain. Begitupun seterusnya"

"Hah?" Rendra melongo mendengar penuturan Rea yang menurutnya tidak masuk akal.

"RE GUE ADA KONSPIRASI LAIN!" Teriak Sahira dari arah bangkunya membuat semua atensi beralih padanya. Guru mereka sedang ada keperluan rapat, namun tugas sudah diberi juga mereka sudah menyelesaikannya dan semua murid tak diizinkan untuk keluar kelas. Membuat mereka tergugu bosan di dalam.

"Lo semua tau kan Atlantis kota yang hilang? Lo pernah mikir gak sih secanggih apa Atlantis itu dan 'kenapa' bisa hilang? Atau itu cuma karangan Plato aja? Kayak, itu tuh cuma imajinasi dia yang dibawa serius gitu loh," jelas Sahira dengan wajah berbinar di depan anak-anak kelas yang terheran.

Lily mengangkat tangannya untuk mencuri atensi, "Gimana kalau seandainya ... Kita ini gak ada?"

Sepetik kalimat yang bisa membuat mereka terdiam dan semakin dibuat berpikir keras.

"Gak ada gimana maksud lo?" tanya Lowen keheranan.

Lily berdecak melihat semua ekspresi teman-temannya yang sebagian terlihat tidak paham akan apa yang ia katakan hari itu.

"Gini, kita itu aslinya gak ada. Mungkin cuman imajinasi seseorang? Atau tokoh dalam penulisan seseorang? Pemeran asli salah satu film? Dan hal yang berhubungan sama ghaib gitu lah. Gak nyata. Gimana sih bilangnya? Fiksi?"

Sahara mengangguk, "Bisa aja kita hidup di mimpi seseorang? Hahaha rumit"

"GUE JUGA MIKIR GITU" pekik Rigel sembari menatap Sahara dan bertos ria.

"Tapi keren gak sih? Kejadian-kejadian aneh kita bisa-bisanya kepikiran gitu" lanjut Rigel.

"Gila yakali gue hidup di imajinasi orang lain. Ogah banget. Tu orang najis bener ngebayangin hidup gue yang segini mirisnya." Hardik Teresa yang sedang bermain ludo dengan Zea.

Zea terkekeh mendengarnya, "Gila-gila, gue lebih penasaran sama orang yang bikin robot gitu, kalau misalnya beberapa tahun kedepan yang kerja-kerja tuh bukan manusia lagi. Tapi robot"

"Ntar anak gue sama Sahara mainnya bukan sama bocah sawah tapi sama anak robot" gelak Rasyid membuat Sahara menatapnya aneh.

"Dih?"

"Apa?"

"Berisik lo"

"Ribut mulu jadian kagak" sindir Habsi yang berada di bangku Satria, tepat disebelah Rigel.

Rasyid mendelik, "Nempel mulu jadian kagak" ucapnya tak mau kalah.

"Plot twist yang jadian Habsi Rasyid"

"TAI LO GEL!"

"WOY ANJIR"

Sahutan tak berdosa dari Rigel membuat mereka melotot, "Ntar ganti genre dong gel" lirih Rea yang dibalas cengiran oleh Rigel.

"Eh lo semua pasti tau lukisan Monalisa, kan?"

"Kata kalian, emang bener ada konspirasi dibalik senyumnya yang misterius itu?" ujar Zaidan memulai lagi sesi konspirasi dengan nada yang penuh tanda tanya.

Deano berpose seolah berpikir, "Kalau kata saya, mungkin itu cuman hal biasa. Karena ya semua orang pasti senyum dengan gaya mereka sendiri. So, itu cuman senyuman dia aja tapi orang-orang liatnya ada 'konspirasi' karena ya senyumannya itu unik. Ini cuma opini saya aja ya"

"Gak percaya gue begituan, cuman percaya kalau gue pacar Momo Twice aja udah cukup" tutur santai Rendra dan menyebabkan sebagian orang yang mendengar berlagak seolah ingin muntah.

TroubELEVEN [og]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang