"Kapan pindah ke Bandung? Kenapa ga bilang saya? Kenapa ga temuin saya langsung? Kenapa kamu ga bilang waktu alesan terakhir pergi? Kemana kamu beberapa tahun ini?"
Pertanyaan bertubi dari Deano membuat Miwa bahkan tak bisa menggerakkan mulutnya sangking terkejutnya ia karena berpapasan dengan Deano pada detik ini. Lelaki yang ia cari di kota penuh kenangan, Bandung.
"Kak Ean..."
Dengan tatapan rumitnya, Deano berkata lirih, "Saya kangen kamu"
Miwa sangat ingin menangis sekarang, dirinya ikut menatap Deano dengan senyum manisnya. Manis, sama seperti beberapa tahun lalu.
"Kak, rumah kakak masih sama? Nanti aku kesana ya, kak" Ujarnya dengan suara bergetar.
Deano mengangguk tanpa ekspresi, ia masih terus menelisik setiap inci tubuh yang terlihat oleh pandangnya. Barang kali ada sesuatu yang berbeda setelah tak berjumpa lamanya.
Mereka berdua sedang berada pada kantin kelas 10 yang cukup sepi. Miwa meminum teh manisnya dengan air mata yang terus ia usap menggunakan tisu yang terus diambilkan oleh Deano.
"Maaf, kak. Miwa waktu itu ga bilang kakak dulu alesan Miwa pergi. Maaf kak maaf"
Ucapan permintaan maaf yang entah sudah keberapa banyak kali Miwa ucapkan dan hanya dibalas anggukan oleh Deano yang menatap Miwa khawatir karena terus menangis.
"Udah Miwa, saya udah damai sama masa itu. Yang penting kamu udah balik juga saya udah seneng"
"Tapi kak"
"Ssht, udah" Deano menggeleng atas jawaban Miwa dan menyimpan jari telunjuknya ke depan bibir Miwa dan membuat gadis itu seketika menghentikan ucapannya.
Deano membiarkan Miwa melepas tangis juga rasa rindunya pada pelukan hangat yang ia berikan. Aroma strawberry dari rambut indah itu masih sama seperti dahulu.
"Shamponya jangan ganti, Miw. Harum"
Miwa mengangguk dalam dekapan Deano, pergerakan itu membuat sang empu kegelian dan terkekeh dengan tangan tetap mengusap rambut belakang Miwa dengan halus.
"Nanti pulangnya bareng saya, kita ke mamah dulu."
"Ayo! Kangen masakan mamah"
"Siap"
Deano memperhatikan Miwa yang sedang berdiri dan berpamitan untuk kembali ke kelas dengan mata sembabnya. Gadis itu meminjam jas osis milik Deano guna menutupi wajahnya yang sangat berantakan.
Deano pun ikut beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah lantai 2 yaitu kelas 11 IPA 2 sembari menyamankan letak kacamata miliknya. Kemudian kembali membuka salah satu aplikasi pada layar handphone miliknya dan mengirim pesan pada salah satu kontak yang baru ia simpan.
"Buset dah hape teros"
"Hah ke saya?"
Deano menunjuk pada diri sendiri setelah mendengar sindiran dari Rendra yang ia rasa ditujukan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubELEVEN [og]
Ficção Adolescente"Kelas tanpa solidaritas itu cuma ampas" --- Kilas balik akan mulainya pertemanan mereka dari awal MOS sampai menginjak kelas XI akan dimulai. Mulainya pertemanan, persahabatan, jalinan asmara, bah...