Pagi tiba, di kelas X IPA 2 yang hadir baru Sahara, Sahira, Rigel, Milan, Rea, Habsi dan Deano. Mereka disibukan dengan masing masing kegiatan. Sahara yang melanjutkan tidurnya, Habsi bermain game, Deano juga Milan yang menulis materi dan tiga sisanya berkumpul di bangku Rigel untuk mengobrol.
"Lo pada kaya ngerasa ada yang aneh ga sih sama Satria-Lily? Pacaran ga sih?" Sahira memulai pembicaraan dengan membawa topik chat kemarin malam.
"Ih anjir gue mikirnya yang pacaran itu malah Satria-Zea!" Seru Rea.
Rigel yang mendengar, menyeletuk.
"Gue malah mikirnya yang pacaran itu Satria-Rendra, hehe" Ujar gadis itu yang dibalas cibiran dan dorongan temannya.
"Goblok nanti ganti genre"
"Mending kita ganti topik aja ga si ah" Lanjut Sahira jengah.
"Tapi topik apa? Dean anak mamah?"
Perkataan itu sontak membuat sang empu membalikan badan dan buncahlah tertawaan mereka, Milan dan Habsi yang sedang fokus saja menjadi terkecoh dan ikut menertawakan.
"Cape banget gue anjir, 'jangan ngetik kasar, hp saya di cek mamah' hahahaha" Rea tak berhenti tertawa usai memperagakan Deano seolah dirinya adalah lelaki itu.
Rigel tertawa sampai jatuh dari kursi, dengan Sahira yang terus memukul meja di sela tawanya.
"Ahahaha bangsat si Abdul anak mamah benar benar mengerikan" Habsi tertawa puas walau tatapan fokus pada gadget di depannya.
Rasyid, Bagasdi dan Zea yang kebetulan datang bersamaan bingung melihat teman kelasnya penuh dengan tawa.
"Ada apa nih ketawa gini" Ucap Rasyid sembari berjalan menuju tempat duduknya di samping Rigel.
Rea yang tadinya diam di bangku lelaki itu berdiri singgah walau masih dalam keadaan tertawa.
"Jangan ngetik kasar, hp saya di cek mamah"
Ucapan Rea sontak membuat tiga orang tadi spontan tertawa ketika mengingat obrolan absurd kemarin malam.
Pelaku yang ditertawakan seolah tuli, dirinya tak mengindahkan. Karna menurutnya apa yang salah dengan hal itu? Apakah mereka tidak pernah merasakan di cek hpnya oleh 'Mamah?'.
***
Jam pelajaran ketiga mereka hanya diberi tugas, tanpa guru yang mengawas. Tentu saja kelas sangat ribut, yang menyatat hanya beberapa orang saja seperti Deano, Fara, Gebby, dan Milan. Yang lainnya? Ah sudahlah.
Zaidan yang sedang tiduran di lantai depan papan tulis teringat sesuatu lalu duduk.
"Kalian udah ekskul belum?" Suaranya yang lumayan keras tentu saja didengar satu kelas.
"Belum"
"Udah"
Dua tipe jawaban itu membuat Zaidan mengangguk.
Rasyid menonjok pelan lengan Habsi
"Lo kapan daftar ekskul anjir"
Habsi mengaduh, "Sakit goblog, aing kemarin udah sama si Bagas"
"Anying parah sia ga ngajak"
Habsi yang mendengar itu hanya mengangkat bahu tak peduli.
"Gue ekskul apa ya" Lily berucap.
"Gue pengen basket ah" Sahara mengusulkan diri.
"Gue juga ikut har"
"GUE MAU"
KAMU SEDANG MEMBACA
TroubELEVEN [og]
أدب المراهقين"Kelas tanpa solidaritas itu cuma ampas" --- Kilas balik akan mulainya pertemanan mereka dari awal MOS sampai menginjak kelas XI akan dimulai. Mulainya pertemanan, persahabatan, jalinan asmara, bah...