14

1.3K 110 35
                                    

" Jadi Lo ketemu sama si Zahran."

Shani mengangguk." Iya dan gue mau ngikutin dia tadi pas mau ke ruang perawatan tapi Lo tiba-tiba Dateng."

" Ya gue kan gak tau kalo Lo mau ngikutin dia Shan." Ucap Vito."

Shani menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi." Sekarang gue tinggal mastiin siapa orang yang di ruang perawatan itu karena gue yakin banget kalo Zahran yang udah bawa pergi Chika."

" Udah Shan Lo disini aja jagain Oniel biar gue yang ke Ruang Perawatan buat mastiin ada Chika apa enggak disana." Vito berdiri dari duduknya." Kalo gue udah dapet info gue pasti kabarin Lo."

Shani mengangguk lalu Vito berjalan pergi menuju Ruang Perawatan sebenarnya Shani ingin pergi sendiri ke Ruang Perawatan itu tapi Vito benar lebih baik Ia disini untuk menjaga Oniel.

" Maaf aku gak bisa cerita ke kamu soal ini Niel aku cuma mau kamu sembuh dulu dan gak banyak mikir yang macem-macem." Batin Shani."

***
" Jadi kondisi Istri saya Gimana Dok?."

" Istri Bapak baik-baik saja." Dokter Tersebut menatap lurus pada Zahran." Tapi saya peringatkan untuk kedepannya lebih di jaga lagi ya Pak Istrinya supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi."

Zahran mengangguk." Kandungan Istri saya Gimana Dok?."

" Alhamdulillah tidak ada yang perlu di khawatirkan Pak. Istri bapak tadi hanya mengalami pendarahan kecil dan itu sudah bisa kami atasi tapi mungkin saja hal seperti ini bisa terjadi lagi Pak Jadi di jaga dengan baik ya Pak Istrinya."

" Baik Dokter."

" Dan satu lagi Pak. Istri bapak harus di rawat inap dulu selama beberapa hari disini ya biar saya juga bisa terus memantau keadaannya."

" Iya Dokter sekali lagi Terima Kasih ya Dok."

Dokter tersebut mengangguk lalu berjalan keluar dari Ruang Perawatan Zahran duduk di kursi menatap Chika yang masih belum membuka matanya Zahran merasa bersalah karena Chika sampai seperti ini itu karena dirinya.

Zahran memegang tangan kanan Chika yang di infus." Maafin aku Chika seharusnya aku bisa tahan emosi aku ke kamu tadi."

Perlahan Chika membuka matanya menyesuaikan pandangannya pada sinar lampu yang Ia lihat sakit di perutnya masih Ia rasakan walaupun tidak sesakit tadi.

" Chika kamu udah bangun."

Chika menepis tangan Zahran yang ingin menyentuh pipinya." Jangan sentuh aku Zahran aku ini bukan siapa-siapa kamu dan tolong kamu pergi dari sini sekarang."

" Chika aku minta maaf aku bener-bener gak sengaja tadi. Tapi tadi Dokter juga bilang kalo kandungan kamu baik-baik aja jadi gak ada yang perlu di khawatirkan Chika."

Chika bersyukur karena kandungannya dalam keadaan baik-baik saja tapi saat ini Ia benar-benar sangat marah pada Zahran karena penyebab Ia menjadi seperti ini itu karena Zahran yang mendorongnya tadi.

" Keluar dari sini sekarang Zahran."

" Tapi Chika aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri disini."

" Aku bilang keluar Zahran." Tegas Chika."

Zahran mengangguk pelan mungkin Ia harus membiarkan Chika sendiri dulu sekarang wajar Chika marah padanya saat ini karena memang ini semua adalah kesalahannya.

Zahran duduk di kursi ruang tunggu lalu tangannya mengusap kasar wajahnya melihat Chika marah seperti tadi benar-benar membuat hatinya sakit. Zahran berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi dari Ruang Perawatan Chika Zahran mau menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang