[COMPLETED]
Ketika Lee Tae Ra berada di titik terendah dalam hidupnya, ia berusaha untuk bangkit dengan caranya sendiri. Gadis itu nyaris kehilangan segalanya semenjak ibunya meninggal dunia, termasuk tempat tinggal. Hingga ia merasa keberuntungan m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semenjak punya pacar, aku sering tidur lebih nyenyak dari biasanya.
Sepertinya kehangatan seorang pria punya sihir tersendiri untuk wanita.
Bukan begitu?
Malam kami berakhir sangat panjang. Mengingat hal itu membuatku tersenyum di tengah rasa kantuk yang masih mendera. Aku sedikit terbangun dan menemukan Seokjin yang tengah terlelap damai dalam dekapanku. Pria itu bertelanjang dada, hanya mengenakan celana piyama yang tidak terpakai dengan benar. Kakinya menjuntai dari ranjang dan membelit betisku.
Sungguh, aku seakan baru memejamkan mata selama sekejap hingga tiba-tiba hari sudah pagi. Mataku yang masih terasa rapat kembali tertutup diikuti pelukanku yang mengerat di tubuh Seokjin. Seokjin menggeliat sejenak, lantas ikut merapatkan tubuhnya dengan mengarahkan wajahnya pada dadaku yang terbuka. Dengkuran halusnya kembali terdengar. Membuatku tanpa sadar tersenyum gemas.
Dan akhirnya aku terlelap lagi.
"Aigo, berantakan sekali!"
Dalam mimpiku, aku bisa melihat Areum yang sedang mengomel.
"Aigo, sejak kapan Taera punya PS 5?"
Masih di dalam mimpi, Areum menyentuh PS 5 baru milikku yang dibelikan Seokjin minggu lalu.
"Aigo, dia belum cuci piring?! Kenapa piring kotornya banyak sekali?!"
Sekarang, Areum tengah mengomel di dapurku.
"Bagaimana mau sarapan kalau piringnya saja tidak ada! Dasar bodoh! YAH, TAERA! BANGUNLAH!"
Areum sedang berteriak-teriak seperti orang gila.
"TAERA, SEJAK KAPAN KAU MENJADI JOROK SEPERTI INI!"
Gadis itu mulai mencuci piring kotorku sambil menggerutu.
"TAERA!"
Sungguh, suaranya terdengar sangat nyata. Bahkan dalam tidurku, aku mulai mengernyit tidak nyaman.
"YAH, TAERA! AIGOO, DASAR GADIS MALAS!"
Tunggu sebentar.
Perlahan mataku kembali terbuka diikuti kepalaku yang terangkat. Aku mengerjap sejenak dengan napas tertahan, memastikan jika suara yang kudengar memang berasal dari mimpi. Sejurus kemudian aku melirik Seokjin yang masih tertidur pulas lantas bernapas lega ketika sadar jika suara Areum tidak terdengar lagi. Itu berarti, aku memang baru saja bermimpi. Aku hendak kembali memejamkan mata hingga terpaku mendengar bunyi dentingan piring yang beradu bersama gemericik air.