13

287 43 32
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang masih nungguin ga nih? Wkwkwk langsung aja yaaa happy reading!





.





.





.












"Yah, jujurlah padaku! Sejak kapan kau menjadi ARMY? Hah?! Jika kau memang menyukai BTS, tidak perlu sembunyi-sembunyi begitu."

"Areum-ah, kau tahu jika aku suka bermain game. Jadi wajar jika aku membeli topi itu. Lagi pula, topinya lucu dan nyaman."

"Yah, aku tahu kau tidak suka barang-barang manis seperti itu. Tidak mungkin kau sengaja membelinya. Kau juga tidak memakainya saat di Everland. Tapi... syukurlah. Karena topi itu kau jadi tidak dikenali, Taera. Posisimu di kampus jadi aman. Orang-orang justru berasumsi jika mantan tersangkanya adalah seorang ARMY. Ah, dan soal si berengsek Hyeon, aku berhasil menamparnya. Jika tidak ada Bum yang melerai, mungkin aku sudah menendang selangkangannya."

Aku terdiam. Mendengar penjelasan panjang Areum yang berbicara tanpa berhenti terisak membuatku sedikit bernapas lega sekaligus bingung.

"Jadi bagaimana? Kau masih tidak mau menceritakannya padaku?" suara Areum terdengar sumbang. "Sejak kapan kau menjadi ARMY dan Jin menjadi biasmu?"

"Areum, sungguh? Kau masih mau membahasnya?"

"Tentu saja! Topi itu jadi mahal dan langka semenjak Jin memakainya di konser, tahu!"

"Aku tidak peduli. Aku hanya kebetulan membelinya. Sudah, jangan bertanya lagi." aku mendengus. "Biarkan aku istirahat."

"Baiklah, baiklah. Nikmati waktumu. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan, segera kabari aku. Oke?"

"Oke." aku tersenyum. "Terima kasih, Areum."

Aku memutuskan panggilan setelah mendengar balasan Areum di seberang sana. Satu jam penuh kuhabiskan untuk menghubunginya setelah ia memborbardir ponselku dengan banyak telepon dan pesan. Ia sudah tahu mengenai penangkapanku kemarin siang. Katanya ia sempat mendatangi kantor polisi tak lama setelah aku pulang bersama Seokjin.

Aku menceritakan semuanya tanpa menjelaskan bagian Seokjin yang telah berjasa atas kejadian ini. Rasanya tidak nyaman ketika aku harus kembali menyusun banyak kebohongan pada Areum soal Seokjin. Aku berbohong. Berdalih jika Iseul mencabut laporannya karena bantuan keluarga ayahku. Dan karenanya, Areum menduga jika hubunganku dan ayahku mulai membaik. Bahkan ia terus menangis sepanjang kita bicara lewat telepon.

Roommate ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang