7

245 46 16
                                    

Happy reading!

Semoga suka chapter ini hehe💖✨

.

.

.


.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sejak pertama kali melihat foto Park Jimin, aku sudah terpesona. Dan sejak saat itu aku selalu tertarik melihat video-video singkatnya dalam berbagai momen. Pria itu bisa terlihat cantik dan maskulin di saat yang sama. Ada waktu di mana ia terlihat begitu dominan dengan tatapan matanya dan bisa sangat menggemaskan saat melakukan aegyo.

Sial.

Aku bukan seorang ARMY dan tidak pernah tertarik soal K-Pop. Namun aku pernah bilang jika Jimin mencuri hatiku, kan? Mungkin tanpa sadar, ia sudah menjadi biasku karena pesonanya yang... unik. Pemikiran itu membuatku semakin panik dan gugup. Aku masih mematung di dekat intercom dengan jantung berdegup kencang.

Karena sekarang ia ada di balik pintu.

Bersama seorang pria paling tampan di dunia.

Sialan.

Ini terlalu gila.

Mereka masih berdiri di balik pintu. Dengan jaket tebal dan topi yang menutupi sebagian wajah. Jimin tampak mencolok dengan beberapa aksesoris di telinga dan jemarinya. Sementara Taehyung tampak santai dengan hanya memakai sandal. Bunyi bel kembali terdengar. Aku tersentak lantas membuka pintu dengan jantung yang terus bertalu-talu.

"Selamat datang. Perkenalkan aku Lee Tae Ra, pem—"

"Ajumma, anyeong!"

Ucapanku terpotong oleh sapaan ceria Taehyung yang memanggilku Ajumma sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Ia seakan sudah mengenalku. Ah, sepertinya Seokjin bercerita yang aneh lagi. Kulihat Jimin berbisik, menegur Taehyung sambil menepuk bahunya lantas tersenyum menatapku.

Senyuman itu.

Tatapan itu.

Hatiku meleleh melihatnya.

Argh, sial!

"Halo, Lee Tae Ra. Salam kenal. Kami tahu banyak tentangmu dari Jin Hyung. Terima kasih telah mengurusnya dengan baik."

Aku tergagap. "Semoga Ahjussi itu tidak menceritakan sesuatu yang buruk tentangku." sial, ini terasa kikuk dan canggung. Jimin dan Taehyung terkekeh. Aku segera membuka pintu lebih lebar. "Ah, silakan masuk."

Roommate ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang