Aku terbangun oleh bias cahaya yang menembus ke celah jendela. Sial, aku paling benci jika terbangun karena silau. Rasanya menusuk dan tidak nyaman. Apalagi jika sedang dalam kondisi kurang istirahat, mataku bisa langsung perih seketika. Hal pertama yang kulakukan saat terbangun di pagi ini adalah meregangkan tubuh, lalu meraba-raba sesuatu di sisiku.
Tidak ada.
Perlahan, mataku yang masih rapat mulai terbuka. Tanpa sadar aku mendesah kecewa saat menyadari bahwa tidak ada siapa pun di ranjangku sekarang. Aku hanya menatap kosong bantal di samping tubuhku, membayangkan eksistensi seseorang yang terlelap damai dengan wajah secantik peri beserta pelukan hangatnya yang membuatku nyaman.
Sungguh, wajah Seokjin saat tertidur adalah hal paling indah yang pernah kulihat. Wajahnya yang tampan seakan menunjukkan kemurnian yang nyata saat terlelap. Aku bahkan betah memandanginya selama berjam-jam. Tanpa sadar aku menghela napas kala mengingat hal itu. Aku tidak bisa menyangkal perasaan nyaman sekaligus bingung dalam benakku.
Sejurus kemudian, ponselku berdering. Aku sempat terkejut saat melihat layar ponsel sebelum buru-buru mengangkatnya. "Halo?"
"Sudah bangun rupanya." Seokjin bergumam di seberang sana.
"Kau pasti membuka gordennya."
Seokjin terkekeh. "Sedikit. Kau tidak akan bangun sampai sore jika aku tidak melakukan itu."
Aku mendengus. Beberapa detik kemudian, Seokjin mengganti panggilan telepon dengan video call. Aku mengernyit lantas terpaksa mengangkatnya setelah mengusap wajahku beberapa kali. Aku refleks menahan napas saat melihat wajah Seokjin di layar ponselku. Pria itu terlihat begitu rapi dan tampan dengan kemeja putih dan rambut yang tertata.
"Kenapa?" tanyaku galak saat Seokjin tertawa. Aku kembali mengusap wajahku lalu menggesek mataku, memastikan tidak ada kotoran yang menempel di sana. "Haish, kumatikan saja, ya?!"
"Jangan!" Seokjin meredakan tawanya. "Kau terlihat seperti itik saat bangun tidur. Wajahmu bengkak sekali."
"Kenapa harus video call segala?!"
"Aku hanya ingin memastikan kau sudah bangun atau belum."
"Kau sudah mendengar suaraku tadi. Kau pikir aku masih tidur saat mengangkat panggilanmu?!"
"Bisa saja kau sedang melantur."
Aku mengerucutkan bibir. "Menyebalkan."
Seokjin terkekeh. Ia sempat melihat ke arah lain sebelum mengubah posisi duduknya dengan bersandar di dinding berwarna kecokelatan. Lalu mendekatkan wajahnya hingga aku hanya bisa melihat mata, hidung dan bibirnya saja.
"Aku membuat guksu pagi ini. Turunlah dan makan." aku sempat salah fokus melihat bibir penuh Seokjin yang bergerak-gerak. "Kau harus mengatur pola makanmu mulai sekarang. Wajah bengkak itu mulai terlihat tidak wajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roommate ✓
Fanfiction[COMPLETED] Ketika Lee Tae Ra berada di titik terendah dalam hidupnya, ia berusaha untuk bangkit dengan caranya sendiri. Gadis itu nyaris kehilangan segalanya semenjak ibunya meninggal dunia, termasuk tempat tinggal. Hingga ia merasa keberuntungan m...