22

273 43 24
                                        

"Taera... ini aku. Kau masih mengenal suaraku, kan? Um... sudah lama sekali, ya. Maaf jika pesan suara ini mengejutkanmu. Aku sengaja mengirimnya dengan akun dadakan buatan V. Butuh waktu lama bagiku memintanya membuatkan akun ini. Dia terlalu sibuk mengurus anjingnya akhir-akhir ini.

Begini... um, bagaimana kabarmu? Semoga kau sehat dan baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja di sini. Aku mulai berkegiatan lagi di depan kamera. Rasanya melelahkan sekaligus menyenangkan. Bagaimana denganmu? Kuliah dan kegiatan magangmu berjalan lancar, kan? Semoga begitu. Aku yakin kau bisa melakukannya dengan baik.

Aku ingin mengatakan semuanya. Semua yang menggantung selama ini. Aku terlalu jahat dengan mengabaikan surat perpisahan singkat yang kau tulis di kamar tamuku dan membiarkan semuanya tanpa kejelasan. Tapi aku membacanya, kok. Malam itu aku hanya terlalu kaget dan bingung. Kau juga menulis nomor ponselmu di sana. Aku sangat menghargai itu. Karena setidaknya, kau tidak berniat menghilang begitu saja.

Ada kekecewaan dan sesal yang sulit kuuraikan. Aku merasa tidak pantas menghubungimu di saat kau pergi atas kehendakmu sendiri. Maaf jika selama ini aku selalu membuatmu kesal. Maaf jika dulu aku pernah meragukanmu di pertemuan pertama kita. Tapi asal kau tahu, aku tidak pernah menyesali pertemuan itu. Jadi aku ingin berterimakasih. Terima kasih, Taera. Semoga pertemuan kita memberi dampak yang baik untuk diri masing-masing. Jaga dirimu, jaga pola makan dan pola tidurmu. Luluslah dengan baik dan melegakan. Aku menanti debutmu di sidang terbuka suatu saat nanti. Salam hangat, mantan teman roommatemu."


Kiranya, ini sudah kali ke sepuluh aku mendengarkannya.

Pesan suara yang dikirim oleh seseorang.

Kim Seokjin.

Aku menatap layar ponsel dengan mata yang berat, lalu kembali mendengarkan pesan suara tersebut sambil menangis lagi. Areum sudah pergi pagi-pagi sekali karena punya urusan penting dengan pacarnya, jadi aku bisa mendengar suara Seokjin lewat pesan suara ini sebanyak yang aku mau. Aku tidak menyangka jika waktu yang begitu lama berlalu bisa membawaku kembali pada kejadian ini. Maksudku, apa kau percaya? Seokjin susah payah membuat akun palsu di Instagram dengan bantuan Taehyung hanya untuk mengirimku pesan suara.

Aku tahu yang kulakukan memang keterlaluan, seharusnya aku bisa berpamitan dengan cara yang lebih layak saat itu. Atau paling tidak menghubunginya dengan cara yang jauh lebih sopan. Alih-alih menghilang seperti seorang teroris. Namun, yang kupikirkan saat itu hanyalah keselamatannya. Kerumitan di antara kami yang sering kali kupikirkan rasanya menuntunku pada keputusan pahit. Aku dan Seokjin tidak seharusnya bersama. Akan ada banyak risiko jika aku tetap bersikeras pada keinginanku.

Jadi pada saat itu, aku benar-benar menghapus semuanya. Aku memblokir akun KakaoTalk, Instagram, serta nomor ponselnya dan berharap Seokjin akan menghubungiku suatu saat nanti dengan nomor ponselnya yang baru. Karena setahuku seorang idol kerap mengganti nomor ponselnya secara berkala untuk menghindari gangguan sasaeng. Hingga aku sadar pada mimpi bodohku ketika Seokjin sama sekali tidak menghubungiku sejak kejadian itu.

Aku memang bodoh.

"Sial! Sial!" gumamku geram dengan air mata yang tidak berhenti keluar. "Taera, kau bodoh sekali!"

Ini salah. Ada sesuatu yang seharusnya tidak boleh kurasakan. Ingin sekali aku membalas pesan suara itu dan mengeluarkan semuanya. Namun Seokjin langsung menonaktifkan akun itu tepat setelah aku menyimpan pesan suaranya. Dan akan sangat bodoh jika aku mengirim pesan suara pada akun resminya. Jadi yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menangis sambil menyesali semuanya. Dengan ini, aku sadar jika Seokjin telah menutup rapat hubungan pertemanan kami.

Roommate ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang