Mark's Side Story

1K 59 2
                                    

Mark tidak pernah tahu bagaimana cara dunia berjalan sebelum dialah yang menjadi pengendali atas dunianya sendiri.

Mungkin akan menjadi cerita berbeda ketika dirinya dilahirkan oleh orang tua yang baik-baik yang membuat seketika masa depannya ikut membaik dengan bekerja di kantoran, memakai seragam pekerja dengan tujuan yang mulia. Bukannya malah terjebak di dunia gelap dengan membunuh sebagai perbuatan biasa dengan motif memperkaya diri.

Masa kecil yang sangat kelam saat dimana Sang Ibu memaksanya menelan racun bersama. Akibat depresi akan lilitan hutang, ayahnya yang waktu itu memilih menelan racun lebih dulu, lalu dirinya yang memilih berpura-pura. Hingga ketika Sang Ibu dinyatakan telah kehilangan nyawa, Mark pun bergegas bangun dengan membawa serta adiknya yang berusia satu tahun. Alih-alih membiarkan anak pertamanya hidup, Ibunya justru memilih Jaemin, anak keduanya untuk diberinya kesempatan hidup.

Tak berhenti sampai disitu, hutang orang tuanya yang seakan tak ada habisnya, membuat dua orang bertubuh besar mendatangi rumahnya dengan membawa Mark. Waktu itu dia berusia 8 tahun, dengan tidak rela menitipkan adiknya pada salah satu tetangganya dengan maksud untuk mengamankannya. Di sebuah tempat yang lebih menyerupai markas, Mark disiksa mati-matian, sebelum tubuh ringkih itu digemblang lalu dilatih agar berguna untuk mereka.

Seorang mafia memang tidak mudah mengampuni orang, sekalipun orang itu sudah mati, ia tetap mengambil keturunannya untuk diperbudak. Masa kecilnya benar-benar kelam, dimana pukulan serta cambukan yang seringnya Mark terima ketika dia tidak bisa melakukan sesuatu. Di usia yang masih tergolong muda, tak jarang hukuman tidak manusiawi pernah dia terima. Dipukul dengan cambuk kuda, dikurung di basement gelap hingga tiga hari tanpa diberi makan. Sekeras itu Mark berusaha hidup untuk dirinya sendiri. Mark lebih memilih menurut, sehingga sifat keukuh itulah setidaknya memberikan sedikit simpati dari bos mafia untuk diperlakukan lebih baik.

Alih-alih diusianya yang ke lima belas tahun, Mark telah bergabung dengan kelompok pengedar narkoba dan meraih lebih banyak pengguna. Melakukan banyak penyerangan, juga kekacauan yang membuat kota itu kian waspada.

Setahun berikutnya, organisasi mafia itu pun bubar. Ketika seorang walikota mengerakkan pembersihan dengan membentuk aparat-aparat tangguh untuk pembasmian. Mark yang waktu itu lebih mempunyai felling, memilih kabur dengan membawa segepok uang dan kembali ke tempatnya dahulu.

Ia mendatangi tetangga yang sempat dititipkannya adiknya. Tidak menyangkah adiknya justru tumbuh menjadi sosok yang cantik. Mata bulat indah dengan bulu mata lentik, serta pipi gembil yang berseru merah. Diusianya yang hampir tujuh belas, adiknya mungkin masih berusia sembilan tahun dan itu bisa dilihat dari pakaian sekolah dasarnya. Sayangnya, ketika Mark memutuskan mengambilnya kembali, orang itu pun menolak dengan alasan menganggap Jaemin sudah seperti anak sendiri. Tentu saja Mark tidak bisa berkompromi dengan hal remeh seperti itu. Bagaimana pelatihan berdarah-darah di klan mafia tiadalah berguna jika dia menyerah terhadap apa yang seharusnya menjadi miliknya. Sebuah pisau kecil telah diselipkan dibalik tangannya. Selagi pasangan suami istri itu berbicara memberi pengertian, Mark langsung menembuskan pisau itu dijantung keduanya secara bergantian.

Itu adalah pertama kalinya Mark membunuh. Tepat setelah itu, dia mengajak Jaemin untuk pergi sejauh itu dari kota dan membangun kehidupan baru. Setidaknya ini lebih baik. Mark yang merasa kehadiran Jaemin bisa memberinya ketenangan serta kedamaian yang selama ini belum pernah ia dapatkan.

Dari sisa teman-temannya terdahulu yang berhasil lolos, Mark mulai membangun pasarnya sendiri di kota ini. Jangan harap jika Mark akan kembali pada pekerjaan baik pula, karena ia pun tidak memiliki ijazah yang membuat diakui. Maka dengan perlahan, Mark pun mulai mencari seseorang yang bisa dijadikan partner. Dari satu orang yang kemudian bertambah dan bertambah. Hingga terbentuklah jaringan yang sebesar sekarang.

***

Jika ditanya apa seorang Mark Lee pernah mengenal cinta jawabannya adalah mustahil. Ia terlalu larut dalam peristiwa kejamnya hidup, terkurung bertahun-tahun dalam pelatihan yang seperti neraka, tanpa ada interaksi yang nyata. Sesekali Mark memang berkenalan dengan sosok cantik di luar sana. Mengunjungi club, menyewa beberapa pelacur untuk memuaskannya. Anehnya perasaan itu tetap tidak pernah muncul.

Pada malam yang dingin, setelah dia melakukan transaksi dan memutuskan pulang ke rumah. Pada kamar adiknya yang terbuka, Mark menengoknya sebentar. Dilihat darah yang sama dengannya itu sedang tertidur pulas dan lelap sekali. Jaemin yang saat ini sedang dalam masa pertumbuhan. Usianya 12 tahun dan berstatus pelajar menengah kelas pertama. Ada raut dalam dirinya yang begitu ia kagumi namun berusaha ia tekan kuat-kuat. Mencium keningnya pelan, siapa yang menyangkah jika berawal dari kebiasaan menuntunnya menjadi hal yang baru. Demi setan yang bersemanyam dalam dirinya, ciuman itu pun tiba-tiba turun dihidungnya lalu bibirnya. Tak cukup sekali, Mark mengecupnya berkali-kali, ibarat heroin yang sangat candu, Mark tidak sabar untuk semakin memanggutnya liar.

Jaemin yang lekas terbangun ketika ada perasaan tidak nyaman dalam tidurnya. Merasa cukup terkejut bagaimana wajah kakaknya yang telah sampai pada dadanya dan mengecup dua tonjolan merah muda miliknya. Bukannya menenangkan dan merasa malu atas rindakannya, Mark justru meneruskan aksi bejatnya itu. Mencoba memberi pengertian terhadap adiknya walau berkali-kali Jaemin merengek tidak mau.

Begitu biadapnya, Mark menelanjanginya sebelum memasukkan miliknya dalam sekali hentakan. Sebuah pengalaman pertama yang direngut paksa. Bukannya melakukannya dengan perlahan, ia justru membawa adiknya sendiri dalam seks yang kasar, seks yang seharusnya tidak dilakukan oleh dua orang saudara kandung terlebih jika waktu itu Jaemin masih di bawah umur.

Pengalaman pertama menuntun mereka pada pengalaman-pengalaman yang lain. Hubungan mereka sudah menjadi rahasia umum baik dikalangan Mark beserta anak buah. Menjadikan Jaemin sebagai hak milik sehingga tidak ada orang lain segan mendekatinya.

Jika ditanya apakah Mark benar-benar menyanyangi Jaemin? Tentu saja, Mark menyayanginya lebih dari dirinya sendiri. Sebuah kisah yang terlarang, perihal bagaimana Mark berlaku ujungnya memang tidak pernah memikirkan perasaan Jaemin. Apakah Jaemin menerimanya, apakah Jaemin merasa nyaman dengannya, atau apakah adiknya itu merasa baik-baik saja dengan segala pelecehan yang dia lakukan.

Cinta itu buta, cinta itu secara sadar membawanya pada malapetaka, terlebih jika satu pihak memilih memendamnya.

***

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang