TWO

1K 73 1
                                    

Mark rasanya ingin mengumpat. Bagaimana dirinya bisa salah memprediksi tentang aparat yang berjaga di tempat dirinya memeriksa persediaan gudang. Beruntung saja insting nya cukup kuat karena langsung bisa mengenali beberapa aparat yang menyamar hingga dia memutuskan kabur lebih dulu. Namun tidak dengan beberapa mitra kerjanya yang langsung dalam pengejaran.

Ini semua karena seorang aparat baru yang sangat terobsesi menangkapnya. Dia mungkin belum tahu dengan siapa dirinya berhadapan. Seorang Mark Lee yang bisa dikatakan gembong narkoba dengan puluhan jaringan di seluruh negara. Mempunyai koneksi baik tokoh publik hingga blue house. Karena memang tidak ada yang benar-benar bersih dalam kehidupan birokrasi yang kadang tokoh-tokoh pun memintah langsung bantuannya untuk memperoleh apa yang diinginkan. Tak ayal, Mark seolah dilegalkan dalam menjalankan seluruh aksinya.

Mempunyai gudang di pinggiran dermaga. Mark menjadikan tempat itu sebagai tempat rahasia yang menyimpan beberapa harta berharganya. Namun sebelum sampai di sana, Mark yang telah sadar bahwa dirinya diikuti, langsung mengambil langkah cepat untuk lari.

Bunyi beberapa tembakan dan suara peringatan terdengar di luar sana. Sayang sekali Mark melupakan senjata yang tertinggal di dalam bagasi mobilnya. Kepalang kesal dengan aparat baru itu yang sangat berambisi menangkapnya.

"Keluarlah atau aku akan membunuhmu di tempat ini...!!" Teriaknya disusul tembakan yang bertubi-tubi.

Bukan seperti itu cara mengancam seseorang. Mark mungkin sedikit bersyukur karena pernah diasuh oleh salah satu mafia dulu. Selain diajarkan cara menembak jitu, iapun diajarkan pula cara mengendalikan emosi sehingga tak berujung membunuh dirinya sendiri.

Mark baru saja ingin menantang polisi ingusan itu dengan tangan kosong, namun seseorang yang tiba-tiba menarik tangannya, mengajaknya menuju suatu tempat yang lebih aman.

"Ku peringatkan sekali lagi untuk keluar atau aku tidak akan membawamu hidup-hidup...!"

Teriakan itu tidak Mark gubris, justru ia sibuk memandangi laki-laki bertopi yang berusaha menolongnya. Kesannya memang seperti pahlawan kesiangan, tapi Mark menghargai dari setiap aksi yang diberikan kepadanya. Sampai dirasanya suara aparat itu sudah tidak terdengar dengan keadaan yang benar-benar aman, barulah Mark memutuskan keluar bersama laki-laki itu.

"Thanks, kau menyelamatkanku hari ini." Mark mengulurkan tangan berterima kasih yang langsung dibalas pula olehnya. Mengambil sesuatu dari kantong celananya, Mark menyerahkan sebungkus barangnya, "untukmu."

Sedikit tak percaya dari raut laki-laki itu yang langsung menolak. "Aku bukan pengguna."

Kodein atau yang biasa dikenal dengan kokain, salah safu barang adiktif berharga puluhan juta telah ditolak. Mark tersenyum maklum, kembali memasukkannya dalam kantong. "Sebut saja permintaanmu lainnya karena aku sangat malas berhutang budi."

Walau Mark sendiri tidak merasa seperti itu, paling tidak lelaki ini turut mencegah adanya pembunuhan malam ini. Demi tuhan, Mark rasanya malas jika malam-malam harus membuang mayat di tengah laut. Terlebih dia sudah mandi sehabis permainan kecilnya tadi dengan adiknya.

"Kau sungguh menolak tawaranku?" Mata Mark memincing.

"Aku lapar."

Dari banyaknya permintaan yang menguntungkan, dia justru mengucapkan hal itu. Membuat Mark terkejut sekaligus tertawa dari aksi polos itu. "Baiklah, kau mau ikut ke rumah, aku khawatir di sini terlalu beresiko."

Ajakan yang langsung diterima. Mark membawa pria itu masuk ke mobilnya. Ia jadi tahu bahwa nama laki-laki itu adalah Lee Jeno. Seumuran dengan adiknya. Sebuah alasan logis karena Jeno pendatang baru di kota ini, barangkali itu pula yang membuatnya ingin menolong tadi. Karena banyaknya penduduk di kota ini yang mengenal Mark, memilih tidak ikut campur dengan pentolan geng Panther, karena alasan masih ingin hidup lama.

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang