Taeyong tidak mengerti kemana dirinya dibawah. Kedua tangannya diikat dan mulut tertutup lakban. Belum lagi dengan penutup matanya yang menggubakan kain hidam, membuatnya tak bisa melihat apapun. Disaat semua indra telah dilemahkan, hidung adalah satu-satunya yang masih berfungsi. Secara samar mampu mencium aroma yang begitu ia kenal.
Tidak mungkin.
Bahkan ketika dirinya sudah dikeluarkan dari mobil dan didudukkan di sebuah kursi. Cahaya putih sengaja menyorot dirinya. Terdengar beberapa langkah kaki semakin menjauh lalu menutup pintu dengan keras. Taeyong ditinggal sendiri, –tidak, barangkali ada satu orang lagi di ruangan ini. Dia yang secara perlahan membuka perekat mulutnya, lalu pelepas mata.
Bukan terkejut, melainkan tertawa Taeyong kepada laki-laki yang berdiri dihadapannya. Dugaannya benar. Jaehyun, pria yang dipacarinya 10 tahun silam. Sudah lama tak mengenal kabarnya, atau mungkin sengaja tidak mau urusan dengannya. Posturnya yang masih tinggi, tegap dengan dimple favoritnya sebelah kiri. Sangat atraktif sehingga membuat Taeyong kembali terpanah. Namun sekali lagi bayangan masa lalu menghantui dimana sosok yang sangat ia kasihi dengan gagahnya menangkap Ayahnya dan menjebloskan ke dalam sel tahanan.
Lalu apakah dia akan melakukan hal yang sama kali ini?
"Aku merindukanmu." Alih-alih kata yang bersifat introgatif, Jaehyun justru memilih jujur pada dirinya sendiri. Mau bagaimana lagi, perasaan yang membuncah tidak bisa dia kendalikan walau sejatinya sosok cantik di depannya adalah seorang tawanan.
"Jadi siapakah yang sebenarnya kau tawan, seorang penjahat atau kah mantan kekasihmu?" Balas Taeyong tegas. Baru ia sadari tidak ada siapapun di ruangan ini. Mungkin itu sebabnya Jaehyun seberani itu mengungkapkan hal gila.
"Aku mencoba menyelamatkanmu, Taeyong!"
"Omong kosong!" Elaknya.
"Kau tidak seharusnya bergabung dengan Johnny dan lain-lain karena itu bisa membuat–
"Katakan itu pada Ayahku yang lima belas tahun kau tangkap tanpa bukti lengkap!"
Taeyong tidak akan pernah lupa, bagaimana baiknya Ayahnya pada Jaehyun dulu. Menganggap serta anaknya sendiri, juga perhatian-perhatian yang diberikan yang justru melebihi anak kandungnya. Hal itu semata-mata dilakukan karena Ayahnya sangat mengharapkan Jaehyun menjadi menantunya. Namun balasan apa yang justru diberikan Jaehyun adalah penangkapan pada malam hari. Ayahnya diperlakukan bak penjahat walau bukti-bukti tidak sah. Jaehyun tidak ada untuk membelanya. Lebih menuruti perintah atasannya guna menghancurkan keluarga kekasihnya.
"Aku minta maaf, Tae?" Ucapnya menyesal. Demi Tuhan, hal itu pun selalu menjadi beban untuknya.
"Maafmu tak kan bisa menebus semuanya." Taeyong memalingkan mata.
"Tidak. Belum terlambat, aku bisa memperbaiki semuanya!"
"Tak ada yang bisa diperbaiki Jaehyun. Kau yang menghancurkan segalanya dengan ambisi bodohmu itu. Dan lihat, sudah terlanjur aku menemukan orang baru yang lebih di atasmu."
Definisi balas dendam terbaik, setelah mencampakkan Jaehyun, Taeyong justru memacari seorang pejabat di kementrian pertahanan, Seo Johnny. Harusnya dengan begitu Jaehyun mundur, harusnya Jaehyun sadar diri bukan malah mengobrak-abrik perasaannya lagi.
"Percayalah dia hanya memanfaatmu!"
"Aku tidak peduli!" Teriak Taeyong masih berusaha melepaskan ikatan di tangannya.
"Kau bisa saja memilih hidup dengan penjahat itu, tapi kau tetap tidak bisa membohongi dirimu yang masih mencintaiku." Ungkap Jaehyun penuh percaya diri.
"Kau sungguh amat ummpphht...- Begitu terkejutnya Taeyong ketika Jaehyun menarik wajahnya dan mendekapnya dalam sebuah ciuman kasar. Itu karena Taeyong yang berusaha menolak dan tak sudi diperlakukan seperti ini. Bajingan macam apakah ini yang kalah berdebat lantas menggunakan cara seksual. Dengan tangan yang mencengkram rahang Taeyong, sementara bibirnya berusaha menyesap ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMAL - NOMIN MARKMIN
FanfictionThe Panther adalah sindikat perdagangan narkoba yang diketuai oleh Mark dengan beberapa antek-anteknya. Selama ini dia menjalani kehidupan selayaknya binatang: merusak, membuat kekacauanbahkan terparah menggumuli adiknya sendiri, -Jaemin. Sampai ia...