Pagi ini Jaemin sedang bercermin di kaca besarnya. Menata rambutnya sedemikin rupa juga menambahkan liptint di bibirnya. Hal yang tak luput dari pengawasan Mark bagaimana mata itu akan selalu terkagum-kagum dengan keindahan duniawi yang dimilikinya. Jaemin bersenandung kecil dengan mata yang bergerak kesana kemari. Terlihat aura bahagia dari wajahnya. Menyebalkan rasanya ketika Mark tahu itu bukanlah Jaemin yang biasanya. Dengan kata lain alasan kebahagiannya bukanlah dirinya.
Sembari menyadarkan kepalanya ke ranjang, tampaknya Jaemin masih belum menyadari perhatian kakaknya yang sudah bangun. Sampai Mark sendiri yang beranjak dari tidurnya dan memeluk Jaemin dari belakang.
"Kakak." Ucap Jaemin terkejut. Seolah bahwa keberadaan Mark benar-benar mencuri penuh atensinya.
"Kau tampak berbahagia hari ini, apa yang terjadi hemm?"
Jaemin menggeleng. "Tidak ada."
"Benarkah?" Mark memajukan hidungnya menghenduskan dibalik leher putih Jaemin sampai memberinya sedikit hisapan.
"Kakak!" Seru Jaemin. Mencium gelagat yang tidak baik dari pagi indahnya.
"Morning sex bukanlah sesuatu yang buruk." Bisik Mark.
"Tidak bisa." Seolah terkejut dengan penolakannya sendiri. Jaemin membalikkan badan dan melihat bahwa raut kakaknya sudah tidak selembut biasanya. Ia pun mencoba tersenyum dan memberi penjelasan. "Aku sudah janji akan mengerjakan tugas kelompok. Jeno sudah menungguku ngomong-ngomong."
"Jadi karena Jeno kau jadi menolakku?"
"Bukan begitu, kak....– Jaemin mencoba menjauhkan tangan Mark dibalik bajunya. "Kak Mark sudah sepakat untuk mendukung penuh pendidikanku. Jadi aku akan ber Akhhh...!" Jaemin memekik saat tubuhnya lantas direbahkan ke atas ranjang dengan paksa. Mark sudah menggelap sekarang. Maka secara paksa pula ia membuka kameja yang dipakai Jaemin.
"Aku berpikir apa yang merasukimu sehingga kau bisa-bisanya menolakku?"
"Kakak... aku tidak mauuu...!" Rengeknya.
"DIAM JAEMINN...!!"
Mark tidak mengenal kata penolakan. Maka secepat itu pula tangannya merobek baju itu dengan mudahnya. Menindihi tubuh ringkih itu lalu menciumnya paksa. Hal yang membuat Mark semakin marah adalah bahwasahnya Jaemin justru menolak ciuman itu dengan memalingkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dia nyaris menjerit ketika kepalanya ditahan Mark kemudian bibirnya lebih leluasa dihisap dan digigit hingga berdarah.
Nafsu hewani tak terbendung. Secepat itu tangan kekarnya membalik tubuh itu hingga berada pada posisi menungging. Mark lekas menelusupkan kedua jarinya ke dalam area terprivasi itu sehingga sontak membuat Jaemin menjerit keras. Sungguh ini menyakitkan. Walaupun sudah berkali-kali Jaemin mengalaminya, Mark tidak benar-benar menggunakan cara yang lembut untuk menuntaskan hasratnya.
Surai coklat itu dijambak hingga membuatnya mendongak. Mark menikmati bagaimana ekspresi itu menjadi lemah bak tak punya kekuatan untuk melawannya.
"Kau harus sadar pada posisimu adikku sayang?" Bisik Mark sembari menjilat telinga belakang Jaemin. "Tidak ada seorang pun yang boleh menolakku!"
"Kalau begitu bunuh aku!" Ungkapan yang justru membuat Mark cukup terkejut. Mark penasaran. Dari mana keberanian ini adiknya peroleh.
Melihat tangis dan bekas memar yang masih tersisa, sudah sepantasnya Jaemin trauma terhadap segala hal yang terjadi padanya. Jika hari ini dia bisa membantah, barangkali karena itu adalah puncaknya.
"Bunuh aku seperti kau membunuh orang tuaku Mark...!" Ucapnya kali ini dengan nada menjerit. Ingatan yang sepenuhnya berada sepanjang hidupnya adalah bagaimana ia melihat kedua orang tuanya bersimbuh darah di depan matanya sendiri. Dan itu tidak bisa ditebus walaupun Mark memberi seribu bintang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMAL - NOMIN MARKMIN
FanfictionThe Panther adalah sindikat perdagangan narkoba yang diketuai oleh Mark dengan beberapa antek-anteknya. Selama ini dia menjalani kehidupan selayaknya binatang: merusak, membuat kekacauanbahkan terparah menggumuli adiknya sendiri, -Jaemin. Sampai ia...