Jeno melangkahkan kaki pada sebuah bangunan restoran yang cukup sepi. Di dalamnya berisikan orang-orang dengan tampilan cukup sangar dengan dikelilingi bau rokok dan minuman menyengat. Dia mendampingi salah seorang pelayan dan diberikan satu kunci khusus menuju ruangan atas private atas. Tempat seseorang tengah menunggunya.
"Aku memerlukan bantuanmu!" Begitu ucapan pertama Jeno. Membuka tudung hoodie dan menunjukkan hasil wajah babak belurnya, hasil karya Mark kemarin.
Orang di depannya hanya memandangnya sekilas seolah itu bukanlah pemandangan yang mengejutkan. Dia justru fokus dengan ponsel di tangannya. "Kenapa? Sudah menyerah rupanya?"
"Kau tahu betul aku tidak bisa melakukannya sendiri?"
"Aku hanya menyuruhmu untuk fokus tapi kau sendiri yang berulah!"
Sosok di depannya itu menatapnya intens seolah mengetahui apa saja yang terjadi di dalam sana. Ayolah, semuanya akan berjalan mudah ketika Jeno hanya fokus masuk Panther dan menjadi orang kepercayaan Mark. Tapi yang namanya anak muda, sudah jelas hal itu tidak bisa dibendung.
Lelaki dihadapannya adalah Jung Jaehyun. Sekilas memiliki wajah yang sama dengannya karena darah yang mengalir pada ibu mereka. Usia mereka mereka terpaut tiga tahun. Saat Ayah dan Ibunya bercerai dan memutuskan Jaehyun tinggal dengan Ayahnya. Ketika Ibunya menikah lagi dengan seorang pria parlente dan agak kolot di situlah Jeno dilahirkan.
Lantas hubungan kakak adik ini tidak terlalu dekat. Tidak juga seakrab Jeno dan Haechan. Tapi Jeno tahu kakaknya ini bukan orang sembarangan. Ada logo biru bergambar mata angin yang sebenarnya melekat di bajunya, dengan kata lain Jaehyun adalah seorang Badan Intelejen Negara yang bertugas menyelesaikan suatu kasus.
"Dia menawan adiknya." Ucap Jeno ragu. Barangkali itu fakta yang harus Jaehyun tahu ketika memutuskan mendukung dirinya untuk masuk Panther. "Adik kandungnya." Tambah Jeno. Agar tahu Jaehyun betapa biadapnya gembong narkoba yang selama ini dia incar.
"Aku sudah tahu."
"Apa?"
"Dia Jaemin bukan? Aku mempelajari kasusnya, dia memang adik kandungnya sendiri."
"Kau mempelajari kasusnya dan memilih fokus pada kasus perdagangan illegalnya dibanding membebaskan satu orang?" Sedikit Jeno berteriak marah.
"Sebenarnya itu sama sekali bukan urusanku."
"Lalu urusan siapa? 119? Pemadam kebakaran?"
"Wow wow wow mengapa kau jadi seemosional begini." Seru Jaehyun cukup kaget dengan watak sebenarnya adiknya. Dia memandangnya selidik tapi berkali-kali pula Jeno mencoba mengalihkan pandangannya.
Keadaan sudah sedikit tenang takkala Jaehyun menyuruhnya minum dahulu. Mempersilahkan pelayannya menyajikan makanan di meja mereka sebelum memberikan ruang kembali.
"Aku kasihan padanya." Ucap Jeno lagi.
"Tidak perlu dijelaskan. Aku mengerti."
Sedikitnya Jaehyun cepat-cepat mencari informasi tentang sosok Jaemin di aplikasi pencariannya. Wajah yang tidak terlalu buruk, pantas saja Jeno membelanya mati-matian.
Jaehyun bukannya tidak tahu. Tapi sungguh mencampuri selerah seks seseorang bukanlah tugasnya. Apalagi mereka adalah sedarah. Tapi mungkin di lain kesempatan ketika dia bertemu dengan Jaemin, bisa saja Jaehyun berubah pikiran.
"Jadi yang membuatmu bertahan di sana adalah Jaemin?" Tanyanya hati-hati. Beruntung dengannya Jeno memilih jujur dengan mengangguk perlahan.
"Aku benar-benar tidak bisa membiarkan mati sendirian disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMAL - NOMIN MARKMIN
Fiksi PenggemarThe Panther adalah sindikat perdagangan narkoba yang diketuai oleh Mark dengan beberapa antek-anteknya. Selama ini dia menjalani kehidupan selayaknya binatang: merusak, membuat kekacauanbahkan terparah menggumuli adiknya sendiri, -Jaemin. Sampai ia...