NINETEEN

552 47 4
                                    

Pada dinding ruangan yang bercat putih, dimana aroma obat-obat menyeruak, serta satu orang yang sedang meringis takkala alkohol menempel pada kulit memarnya. Rasanya perih ketika kapas basah itu ditempelkan oleh kekasihnya sendiri pada bagian memar akibat pukulan. Bukan perkara sakit atau tidaknya, melainkan menghadapi mood kekasih kecilnya yang sengaja mendiaminya, itu yang membuatnya kebingungan setengah mati.

"Awhh...!" Ringisan yang sengaja dibuat-buat untuk mendapat atensinya. "Pelan-pelan, sayang."

"Diam atau langsung kutuangkan cairan obat ini ke mulutmu." Ucapnya bengis.

Tolong jangan bilang siapapun jika dalam keadaan hanya berdua, Lucas sangatlah lemah berhadapan dengan kekasihnya. Renjun adalah titik lemahnya yang membuatnya berlutut berkali-kali karena cinta.

"Kau masih marah?"

Tidak ada sahutan. Renjun bersikeras menutup botol alkohol yang terbuka. "Sayang, ayolah."

"Kau sebenarnya ingin menikah denganku tidak, sih?"

"Tentu saja aku ingin."

"Tapi kenapa kau tidak bisa menjaga wajahmu? Apa kau ingi para tamu nanti berbisik-bisik dan mengira aku menikahi preman?"

Perlu disadarkah bahwa status Lucas adalah lebih di atas preman. Maksudnya, apakah Renjun lupa bahwa selama ini dia menjalin kasih dengan mafia? Tapi bukan itu intinya.

"Aku tidak suka kau ikut campur, Luke?" Sambungnya, ketika kedua tangan itu digenggam lembut oleh kekasihnya.

"Tapi ini Jaemin, kau tak kasihan kepadanya Ren?" Tanyanya merendah.

"Aku tahu. Tapi bisakah hanya Jeno sendiri yang menolongnya?" Ditatapnya sorot mata itu dengan sangat memohon.

"Aku mungkin terlihat egois, tapi aku tahu dia, –Mark bukan orang biasa yang didekati atau diikuti campuri jika taruhannya adalah nyawa."

Barangkali kekhawatirannya adalah benar. Renjun tahu Mark, tahu Panther dengan segala seluk beluknya. Melihat bagaimana dia memperlakukan manusia lainnya ibarat tidak ada harganya sama sekali. Itulah yang membuat dirinya bersikeras, bahwa syarat Lucas untuk menikahinya adalah dengan keluar dari geng Panther tersebut. Maksudnya sudah cukup modal yang dia kumpulkan, cinta yang dia cari. Memangnya mau menggapai apalagi kalau bukan hidup tenang?

"Tatap mataku, sayang!" Lucas memintahnya lembut.

Renjun menurut. Lihat, hanya memberikan tumpangan semalam pada Jaemin saja wajah kekasih seperti ini, apalagi jika terbukti ikut campur urusannya?

"Jika ada kebiadapan dimataku apakah aku akan membiarkannya, Ren?"

"Itu bukan tanggung jawabmu." Balas Renjun.

"Memang bukan tanggung jawabku karena Tuhan tak mungkin langsung mengirimkan meteor dan menghantam wajah penjahat itu."

Jika memang ada perbuatan buruk yang langsung dibalas oleh Tuhan, maka tidak mungkin ada perang. Tuhan memilih perantara pada manusia yang masih berakal sehat untuk menuntaskannya, begitulah pikir Lucas.

"Jeno hanya meminta bantuanku karena dia sendiri pun rasanya kurang jika berjuang sendiri." Jelasnya.

"Jika dia memutuskan sesuatu harusnya dia sadar resikonya tanpa merepotkan orang lain."

"Renjun, jadi kau tega membiarkan temanmu seumur hidup terjebak pada neraka sementara kau hanya bisa menjadikannya tontonan yang hanya bisa kau kasihani dan kau beri semangat?"

Semakin memanas perdebatan kali ini. Lucas yang berada dipihak pro Jeni untuk membebaskan Jaemin sementara Renjun di kontra karena tidak ingin kekasihnya terlibat masalah.

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang