FOUR

853 57 0
                                    

Dentuman musik keras memenuhi seluruh bagian rumah bertingkat dua. Saat pemiliknya sendiri memilih halaman luas beserta kolam renang sebagai tempat untuk bersenang-senang. Pesta sudah dimulai. Adapun semua orang sudah berkumpul di lantai bawah untuk menyambut sang pemilik pesta tersebut.

"Make some noise...!!!" Begitulah Mark berteriak sambul membuka tutup botol wine hingga busanya keluar membasahi semua yang ada. Benar-benar meriah. Ditambah gerombolan pelacur yang sudah mereka sewa sedang menari striptis diantara tiang-tiang yang sudah disediakan. Beberapa pria juga menari kepanasan sambil melepas pakaian mereka. Ada yang sengaja menceburkan diri ke kolam renang, sementara beberapa membawa pasangan mereka masuk ke dalam untuk melakukan sesuatu yang lebih menantang.

Tentu saja ini menjadi sebuah pengalaman baru untuk pria yang sedang duduk sendirian di meja bar. Setidaknya dia belum berkeinginan bergabung dengan pikiran masih dalam tahap mencerna keadaan.

Andai jika dia tidak menawarkan diri bergabung dengan mereka, pastilah saat ini dirinya masih mendekam di kamar asramanya. Berkutat dengan buku-buka pelajaran atau tayangan netflix kesukaannya. Bukan berarti Jeno tidak menikmati pesta luar biasa ini. Karena satu-satunya alasan awal adalah untuk menuntuskan rasa sepinya. Tapi mengapa tetap saja dia merasa aneh dan sendirian disini?

Menyalakan rokok yang kedua -tidak perlu ditanya sejak kapan melakukannya, karena dia sudah melakukannya semenjak SMA, hanya saja tidak seterang-terangan sekarang. Bagi Jeno sendiri rokok lebih baik dibanding alkohol karena itu tidak menyita kesadarannya. Sampai ketika seorang pria lainnya datang menghampirinya sambil meminjam korek api.

"Apa yang kau pikirkan?" Sungchan meminjam korek api tiba-tiba ikut merokok bersamanya. Semenjak tadi ia memperhatikan temannya, Hanya Jeno lah yang paling kentara tidak menikmati pestanya. "Kau tidak berniat menggila di bawah?"

Jeno tersenyum simpul. Ketika melihat dua orang temannya yang justru asyik menari di lantai dansa, sementara bayangan Lucas justru telah hilang membawa salah satu penari stripis untuk masuk ke dalam.

"Aku tidak bisa menari." Jawabnya singkat.

"Tidak perlu khawatir, kau hanya mengunakan tanganmu untuk memukul pantat-pantat sintal itu lalu ajaklah dia ke dalam."

"Wow, kau sungguh berpengalaman rupanya." Komentar Jeno sinis.

"Pilih saja diantara mereka untuk menerima keperjakaanmu bung!"

"Aku berencana merelakannya saat sudah menikah."

"What the fuck!" Sungchan hampir memuntahkan minumannya sendiri. Rasanya hampir tak percaya dan menatap Jeno sekali lagi.

Memang apa yang salah? Bukankah di dunia ini tidak ada yang absolut? Apa yang menurut orang lain normal belum tentu normal untuk kita begitu pun sebaliknya. Bagi Jeno, berhubungan seks bukanlah suatu keharusan. Itu sama halnya dengan melepaskan air kencing perbedaannya kau hanya butuh partner.

"Apa yang kalian bicarakan?" Hyunjin, pria sangar dengan rambut sebahu yang dikuncir itu tiba-tiba datang mendekat. Tampaknya ia Sendiri sudah lelah menghadapi penari-penari itu dan memilih bergabung dengan kedua temannya saja.

"Katanya Jeno hanya akan memberikan keperjakaannya pada istrinya nanti."

Hampir sama dengan reaksi Sungchan sebelumnya, Hyunjin pun tersendak minumannya senndiri. Selama itu Jeno hanya memutar mata lelah. "Kau benar-benar definisi pria yang baik rupanya. Seharusnya kau tidak cocok masuk geng ini."

"Lalu geng apa?"

"Geng tadika mesra." Hyunjin melempar tos dengan Sungchan. Membuat beban Jeno semakin berlipat saja karena menjadi tertawaan mereka.

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang