ELEVEN

724 38 0
                                    

Sebuah rapat kecil telah diadakan di ruang pribadi Mark. Letaknya berada di ruang bawah tanah rumahnya. Tempat dimana ia menyimpan barang-barang kesayangannya, seperti anggur, senapan, atau barang yang sejatinya langkah untuk dijual. Soal sebuah keluhan yang ia dengar dari salah satu anggota Panther. Bersama ia memanggil Lucas karena menganggap ini masalah serius dan perlu untuk diluruskan.

"Aku tidak mengerti apakah dia benar-benar membawa Panther untuk dirinya atau tidak." Hyunjin berucap sambil meminum champange yang dituangkan di gelasnya.

"Mark sudah melarangnya untuk ikut berdagang." Bantah Lucas.

"Ya tapi setidaknya dia harus mencobanya agar tidak menjadi benalu di sini." Sentak Hyunjin bersiap mengeluarkan unek-unek selanjutnya.

"Kau tahu Mark, semuanya setia padamu dan selalu memberimu keuntungan. Aku yang selalu menarik pelanggan baru, Sungchan yang membuat takaran atau Jisung, walaupun belum cukup umur setidaknya dia membantu dalam urusan distrik. Maaf dengan sangat terpaksa ku katakan bahwa Jeno lah satu-satunya anggota yang paling tidak berguna di sini."

Jeno adalah nama yang dibicarakan di sini. Hal itu bermula saat Hyunjin mengajaknya melakukan operasi lapangan. Secara sengaja Hyunjin memberikan tantangan Jeno untuk membujuk salah satu pelajar memakai narkoba. Sudah jelas apa yang selanjutnya terjadi. Jeno menolaknya mentah-mentah sampai mengumpati Hyunjin biadap saat itu. Terhadap seorang teman perbuatannya sangatlah disayangkan.

Hal yang membuatnya teringat pada perbuatan Jeno sebelumnya. Karena di lain waktu saat sekumpulan mereka diserang oleh kelompok geng lain, Jeno justru kabur dengan motornya sendiri tanpa ikut bertarung. Bukankah itu sikap yang melebihi seorang pecundang? Jeno seperti tidak mengenal eksistensi Panther dan untuk apa Panther didirikan.

"Boleh aku bertanya padamu, Mark?" Tanya Lucas seperti sangat paham inti masalahnya. Sejujurnya ia pun sedikit kecewa dengan Jeno. Namun tidak sebanyak Hyunjin.

"Apa yang membuatmu menerimanya masuk ke kelompok kita?"

Mark sedari tadi diam, bahwa yang sebenarnya adalah dia membiarkan dirinya untuk berpikir. Jeno mungkin sudah seperti beban di kelompok mereka. Tidak melakukan apapun, tugasnya hanyalah mengatar jemput teman-temannya yang mabuk di Club.

"Aku sedikit menaruh kecurigaan padanya." Timpal Hyunjin. Mark yang tadinya diam berpikir kini lantas menatap Hyunjin penasaran.

"Jaemin."

Akhirnya satu nama paling kontroversial itu disebut, membuat minat Mark semakin tertarik.

"Kau tahu sebelumnya bahwa Jeno dan Jaemin teman sekelas, Mark?"

Mark mengangguk, "aku tahu."

"Kau sungguh berpikir Jeno tak pernah menyimpan perasaan apapun?"

"Hyunjin kau sudah kelewat batas." Peringat Lucas.

Ini sudah terlalu jauh. Hyunjin bukan hanya sedang membicarakan temannya namun juga memojokan. Namun melihat reaksi Mark mengangkat tangannya untuk diam, tanda ia begitu penasarannya mengenai pendapat Hyunjin.

"Sekali-kali perhatikan lah, tatapannya kepada Jaemin benar-benar seperti sorot memuja. Tak jarang aku pun melihatnya hanya berdua dan sedang membicarakan sesuatu saat kau tak ada."

"Hanya berbicara berdua tak lantas menjadikan sebuah hubungan. Bahkan aku pun sering berbicara dengan Jaemin." Selah Lucas sinis. Tidak suka dengan sifat Hyunjin saat ini.

"Lalu apakah kau membiarkannya, Mark? Ingat saat aku yang kau pukuli hampir mati hanya karena mengantarkan Jaemin pulang?"

"Ckk... Balas dendam rupanya?"

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang