NINE

709 43 1
                                    

"Apa yang kau lakukan Haechan?"

Suara itu tidak terdengar menyenangkan melainkan seperti keluhan. Jeno yang lekas membawa Haechan ke apartemen kecilnya dekat kampus. Ingin meminta penjelasan terkait kedatangannya yang tiba-tiba.

"Begitukah caramu menyambutku Jen?" Cibirnya kecewa. "Aku mencarimu terlantung-lantung selama dua belas jam dan itukah kalimat pertama yang kau ucapkan padaku?"

"Maksudku kenapa kau tiba-tiba kemari tanpa mengabariku?" Ralatnya tidak bermaksud menyinggung Haechan.

"Surprice...??" Haechan yang tiba-tiba merentangkan kedua tangannya membuat pria di depannya itu meraih napas berat. Jeno tahu bahwa sepupunya ini aneh, tapi tidak menyangkah kenehannya akan mendarah daging seperti ini.

"Aku merindukanmu, Jeno..."

Benar bukan, Haechan kali ini memeluknya erat. Namun Jeno melepasnya dengan perlahan. Menyuruh Haechan agar duduk untuk mengambilkan minum sebentar. Sesuatu memang harus dibicarakan kali ini.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya namun tidak ada jawaban.

"Kau bertengkar dengan ayahmu?" Tebak Jeno lagi dan melihat anggukan pelan pada dagunya.

"Dia memaksaku menemui rekan bisnisnya. Aku tahu motif sebenarnya Jeno, kau tahu kan aku ini masih kecil tidak sepantasnya aku begitu."

"Bukankah itu sudah sering?"

"Iya tapi kali ini berbeda. Ayahku sedang berencana memperluas jaringan bisnisnya, dan dia berencana untuk memperalatku. Bagaimana pun aku tidak mau menikah muda. Tidak mau dan tidak rela!"

"Kau disini diantar siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Yangyang." Haechan menyebutkan nama sepupu mereka.

"Dia mengantarkanku hingga sampai terminal. Di sana aku menggunakan map, lalu menuju ke kampus asramamu. Beruntungnya ada orang baik yang menunjukkan alamat dimana kau biasanya berada. Ngomong-ngomong rumah siapa itu? Kau sungguh tinggal di sana Jen? Kau kerja sebagai apa? Gigolo yah?"

"Besok akan kucarikan tiket untuk mengantarmu pulang!" Ucapnya menutup semua rentetan pertanyaan Haechan.

"Jeno aku tidak mauuuu...!" Rengeknya.

"Kau harus pulang Haechan, kota ini tak cocok untukmu?"

"Lalu cocok untukmu begitu? Ingat Jen, di sekolah aku ini murid populer yang cupu itu dirimu!" Secara sengaja Haechan mengingatkan masa lalu Jeno.

"Justru yang populer itu yang paling banyak mengundang kejahatan."

"Aku tidak mau Jenooo kenapa kau jahat sekali padaku...?!"

"Hei... kota ini sangat jauh dari dugaanmu." Ucap Jeno serius. Melihat raut Haechan yang berubah sendu timbul keinginan untuk memeluknya. Jeno hanya tidak mau Haechan mengetahui semua. Tentang pekerjaannya, pertemanannya, segalanya. Karena sejujurnya kekhawatiran itu lebih besar dari pada kebahagiaan ia bisa bertemu dengan sepupunya kembali.

"Baiklah hanya seminggu." Ia mengusap air mata Haechan. Hanya seminggu dan ia bisa menganggap Haechan sedang liburan di sini.

"Seminggu itu singkat Jen, satu bulan saja yah? Aku juga ingin jalan-jalan." Negonya.

"Seminggu Haechan, atau tidak sama sekali."

"Dua minggu yah, sekalian menghabiskan liburanku disini."

Jeno akhirnya menyerah. Mengangguk pelan dan dihadiahi pelukan dan kecupan basah di pipi oleh Haechan.

Untung saja dia bukan penganut incest.

ANIMAL - NOMIN MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang