Tiga hari berlalu sejak Mark kembali ke rumahnya. Layaknya tidak ada kejadian apapun, segalanya tampak berjalan normal dan baik-baik saja. Terutama saat Mark memanggil mereka satu persatu dan memberi segepok uang untuk kebutuhan masing-masing. Lucas untuk pernikahannya, Sungchan untuk adiknya atau Jisung untuk membayar orang tuanya. Jangan tanya darimana Mark mendapatkannya. Koneksinya begitu luas. Walau itu sebanding dengan resiko yang akan diterimanya nanti.
Begitu hubungannya dengan Jaemin. Kepulangan Mark yang disambut pelukan hangat tanpa ada kata yang terucap. Dan runtinitas terjadi seperti sedia kalah. Bagaimana persetubuhan panas yang terjadi. Mark meluapkan segalanya. Pelampiasan marah, gagal, dibohongi hingga tanpa sadar menggores luka yang sudah biasa Jaemin terima. Tidakkah Mark merasa puas? Tidakkah Mark merasa baik-baik saja dengan penerimaan yang Jaemin tunjukkan. Bahkan mungkin jawabannya adalah tidak. Jaemin terlalu tidak terbaca saat ini. Seolah menyembunyikan sesuatu yang tidak ia tahu.
"Apa yang kau lakukan saat aku tidak ada?" Ucap Mark, masih dengan tubuh telanjangnya memandangi Jaemin yang tengah memakai busana. Hari sudah menunjukkan waktu tengah hari, tapi Mark masih terasa nyaman berbaring ke tempat tidur, bahkan rasanya ingin membawa Jaemin dalam pelukannya sekali lagi.
"Aku tidak kemana-mana, Mark?"
Satu kebohongan pertama yang terucap dari mulut adiknya, membuat Mark kontan mengeryitkan mata."Benarkah?"
"Sesekali aku memang keluar untuk berolahraga dan belanja." Balas Jaemin tersenyum.
"Dengan siapa?"
"Sendirian."
"Aku pasti sudah membuatmu kesepian."
Jaemin hanya menyunggingkan senyum. Namun dari senyuman tersebut ada yang janggal. Jaemin yang dikenal adalah mode manja dan pembangkang, bukan yang mudah menerima seperti ini.
"Mau berjalan-jalan denganku?" Tawar Mark. Tubuhnya mendekat, memeluk adiknya dari belakang.
"Ehm. Kau tidak capek?"
"All you wish honey, aku akan mengajak semua Panther. Lagi pula sudah lama kita tidak berjalan-jalan.
"Kau benar." Jaemin tak ada pilihan kecuali menurut.
Dengan begitu, keduanya lantas bersiap-siap. Memilih pantai sebagai tempat reservasinya hari ini. Mark mengajak semua anggota Panther yang diajak tanpa terkecuali. Menyiapkan dua mobil, dirinya bersama Jaemin dan Jeno di mobil pertama, sisanya di mobil kedua. Dia persilahkan Jeno duduk di bagian depan mobil, dengan maksud sebagai sopir, sementara Mark dan Jaemin duduk di kursi belakang.
Selama perjalanan tak habis tingkah Mark untuk menganggu adiknya. Tangannya yang tak tinggal diam, membelai, mengelus, atau menyentuh dibagian lain. Hal itu tak lepas dari koreksi mata Jeno melalui spion depan. Mark ibarat manusia dengan hormon berjalan dan Jaemin layaknya manusia serba salah, tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menghindar.
"Kak, hentikan!" Protesnya, ketika Mark menyerusukan kepalanya ke arah dadanya. Sebelum desahan-desahan laknat itu terdengar lebih baik dicegah di awal.
"Kenapa?"
"Kau tidak malu dengan Jeno?"
Mark tertawa menimpali. Seolah lucu dari kekhawatiran Jaemin. "Aku yakin Jeno sendiri tak keberatan dengan perbuatan live kita. Benar kan, Jen?"
Disodori pernyataan seperti itu Jeno hanya tersenyum canggung. Tapi tidak memungkiri tangannya yang mengepal di kemudi.
"Apa yang semalam masih kurang?" Protes Jaemin lagi. Demi Tuhan, yang semalam saja masih sakit. Mark benar-benar tanpa ampun menghajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMAL - NOMIN MARKMIN
FanfictionThe Panther adalah sindikat perdagangan narkoba yang diketuai oleh Mark dengan beberapa antek-anteknya. Selama ini dia menjalani kehidupan selayaknya binatang: merusak, membuat kekacauanbahkan terparah menggumuli adiknya sendiri, -Jaemin. Sampai ia...