[ 08 ] • The Running

56 6 0
                                    

Gaby menghampiri Carlos yang masih tengkurap di lantai ruangan, badan pria itu gemetar dan memegangi telinga. Dengan kasar, Gaby memberikan tendangan dan perut Carlos menjadi sasaran. Mendapat perlakuan demikian, Carlos mendongak. Mendapati Gaby yang sedang berdiri di sebelahnya dengan raut marah.

"Pimpin jalan keluar, dasar bodoh!" ucap Gaby sarkas.

Diamond House adalah tempat milik Carlos, tetapi melihat tingkah pria itu yang setengah mati ketakutan membuat Gaby dan Lev sedikit keheranan. Apalagi ketika mereka teringat pada beberapa waktu sebelumnya saat masih berada di ruang penyimpanan barang langka. Lev tentu tidak lupa saat Carlos mengatakan bahwa pria itu sangat menyukai yang namanya tantangan.

Namun, ucapan tidak sesuai dengan kenyataan. Baru dihadapkan pada puluhan aparat pemerintah saja sudah menggigil ketakutan. Meski begitu, Lev agaknya merasa bertanggung jawab untuk membawa Carlos keluar hidup-hidup. Bisnisnya bisa terancam jika pria itu sampai tertangkap. Maka, Lev pun bergerak membantu Carlos untuk berdiri dari tengkurapnya.

Menggunakan jalur utama masuk ke Diamond House akan mustahil. Aparat itu pasti telah mengepung pintu utama. Maka, Lev, Gaby dan Carlos pun menggunakan pintu rahasia. Berlari secepat yang mereka bisa untuk menuju ke ruang lainnya.

Di perjalanan, Lev juga menyempatkan diri untuk menghubungi anak buahnya yang ada di sekitar sana. Meminta seluruh anak buahnya untuk datang dan menghentikan penggrebekan yang dilakukan oleh D.E.A.

Pintu rahasia itu terbuka, mereka bertiga keluar dari sana. Sayangnya, mereka tak benar-benar bisa lolos dari kepungan aparat D.E.A karena aparat tersebut juga sudah menunggu di depan pintu sana.

Segala macam sumpah serapah pun terlontar dari mulut Lev. Ia tahu bahwa D.E.A amat berhati-hati dan tak akan membunuhnya. Jika membunuh Lev, Gaby dan Carlos di sini, mereka akan kehilangan tambang informasi mengenai antek-anteknya Ivanovich juga Demonic Angel secara menyeluruh. Terlihat jelas dari aparat yang tidak mau melepaskan tembakan dan hanya memberikan todongan.

Meski begitu, Lev tetap harus waspada. Tidak membunuh bukan berarti akan ada jaminan tidak melukai. Berpura-pura menyerah seperti sebelumnya pun dilakukan oleh mereka.

Sambil mengikuti ke mana aparat D.E.A membawanya, Lev sesekali mencuri-curi pandang ke layar ponsel yang ia rogoh dari kantong celana. Melihat di layar ponsel yang menampilkan sebuah peta, dengan titik merah bergerak ke arah mereka. Itu adalah salah satu anak buah kepercayaannya. Telah dalam perjalanan untuk menjemput di titik yang telah ditentukan.

"Hei, D.E.A yang bodoh!" ucap Lev, lebih tepatnya memanggil pada beberapa pria yang menjadi pemandu dan berjalan di depannya.

Pria tersebut dengan sebal berbalik badan. Merasa terhina dengan panggilan Lev yang tak ada sopan-sopannya. "Jangan banyak bic–"

"Selamat tinggal." Lev memotong, bersamaan dengan datangnya mobil berkecepatan tinggi menghantam pria di hadapannya.

Pintu mobil secara otomatis terbuka. Lev, Gaby, dan Carlos pun masuk ke dalam sana dan melakukan mobil di jalan raya. Pihak Ivanovich tidak datang hanya dalam satu mobil saja, di belakang juga telah datang banyak mobil-mobil lainnya. Mengacau dengan menabrakkan diri pada aparat D.E.A yang melakukan pengepungan di wilayah depan Diamond House.

Kericuhan pun kembali menjadi warna. Mobil yang ditumpangi Lev pun tak luput menjadi sasaran tembakan senjata. Beruntung, mobil yang digunakannya anti peluru sehingga ia bisa duduk dengan tenang di dalam sana. Sedangkan para aparat D.E.A yang mengejar, telah ditangani oleh antek-anteknya.

Lev, masih belum bisa bernapas lega. Sebuah mobil tank rupanya telah menunggu di persimpangan jalan. Ada meriam kecil di atas mobil tersebut yang telah disiapkan. Dan satu orang aparat telah memasang amunisi lalu segera meluncurkan tembakan.

BOOM!

Ledakan besar pun terjadi. D.E.A cukup nekat kali ini. Bahkan adanya kecelakaan di jalan raya sudah tidak mereka pedulikan lagi. Atau mungkin mereka memang sudah merencakannya sejak jauh-jauh hari. Pengendara umum di jalan raya tersebut lumayan sepi. Atau bahkan tidak ada sama sekali.

Mobil-mobil di sana perlahan mendekat, mengapit mobil yang ditumpangi oleh Lev, Carlos dan Gaby.

"Sial!" Lev mengumpat. Ia baru saja menyadari jika mobil-mobil biasa yang berlalu-lalang di jalan raya itu hanyalah samaran. Sesungguhnya, yang menyetir dan menumpang adalah aparat dari D.E.A. Lev kembali terjebak, berada dalam kepungan untuk yang kedua kali.

"Apa yang mau kau lakukan, huh?" Carlos bertanya pada Gaby yang hendak membuka pintu mobil.

"Menembak," tutur Gaby dengan santai.

"Jangan." Lev melarang. Ada kemungkinan Gaby justru akan terkena serangan jika melalui kaca mobil yang terbuka.

"Kita terjebak, Lev! Kita perlu untuk melakukan sesuatu!" Gaby berteriak panik.

"Kemudikan mobilnya dengan benar, sopir sialan!" Carlos juga sama paniknya.

Tiga pimpinan dari tiga kubu kriminal itu membuat sang sopir menelan ludah dengan susah payah. Bukannya tidak mengemudi dengan baik, ia sudah melakukan apapun semampu yang ia bisa. Jujur, ia juga tak mau jika sampai tertangkap dan mendapatkan hukuman mati dari D.E.A.

BOOOMM!!

Ledakan kedua.

Bumper belakang mobil Lev terkena amunisi dari meriam yang ditembakkan. Ledakan besar terjadi di sana. Membuat mobil terpelanting, terguling, dan terhempas hingga membentur pembatas jalan.

Kondisi sang sopir jangan ditanya. Pria itu telah meninggal seketika. Namun, nasib baik sepertinya masih berpihak pada Lev dan kawanannya. Mereka hidup, meski dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Tubuh penuh luka dengan kepala mengalirkan banyak darah. Mobil yang terguling dan terbalik membuat kepala mereka ada di bawah. Posisi yang sangat tidak nyaman tetapi Lev berhasil terlepas darinya.

Pria itu merangkak ke luar dari mobil lalu membantu kedua rekannya yang masih terjebak di dalam.

Ledakan akibat luncuran meriam itu membuat sekitarnya terbakar. Bisa Lev lihat dengan pandangan yang mulai memburam beberapa aparat tengah melangkah mendekat.

"Gaby! Aku akan mengeluarkanmu," kata Lev berusaha untuk menarik paha Gaby yang tercekat di dalam mobil.

"Pergi!" Gaby mendorong Lev. Tidak mengizinkan pria itu masuk ke dalam mobil lagi untuk menyelamatkannya.

"Aku mau menolongmu, bodoh!" Lev berteriak, agak tak suka ketika tangan Gaby justru mendorongnya menjauh.

"Pergi, Lev. Ini tak akan berhasil. Kakiku terjebak dan mati rasa. Meski kau bisa mengeluarkanku, aku tak yakin bisa berjalan seperti biasa," jelas Gaby terburu-buru.

Lev menoleh lagi. Posisinya saat ini berada di samping pembatas jalan, tertutup oleh badan mobil yang terguling sementara di sisi lainnya telah dikepung oleh aparat. Lev mengumpat. Dipikirkan dengan cara bagaimanapun, tidak ada jalan keluar. Menyelamatkan Gaby adalah sebuah kemustahilan.

"Pergilah, Lev." Gaby tersenyum.

Berat hati sesungguhnya Lev untuk pergi. Tetapi, tinggal di tempat itu juga tak akan menguntungkan. Maka, Lev pun melakukan seperti yang Gaby katakan. Pergi meninggalkan wanita itu melewati sebuah lubang di jalanan. Sebelum benar-benar pergi, Lev sempat mengintip aparat D.E.A yang berkerumun di mobil dan memanggil rekan-rekannya untuk segera mengamankan.

.
.
.

One Year With Criminal
The Running


🌹❤️🌹

— Resti Queen

One Year With Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang