Menjelang pertengahan Februari, atau lebih tepatnya seminggu sebelum hari valentine tiba menjadi waktu yang tepat bagi Lev dan Gaby melakukan kunjungan ke Diamond House. Kedua orang itu ditemani oleh banyak bodyguard juga disambut baik oleh si pemilik kediaman beserta para pengikutnya.
Lokasi yang dikunjungi mereka adalah rumah bordil yang tampak biasa dari luar. Sama persis dengan rumah bordir lainnya milik Diamond House yang lain. Begitu masuk ke dalam, suasana yang didapat juga seperti rumah bordil legal. Disambut dengan sukarela oleh para kupu-kupu malam, dijamu dengan beberapa minuman, serta diberikan makanan-makanan yang menunjang.
Puas dengan sedikit sambutan hangat itu, Lev ditawari oleh petugas untuk memilih kamar. Namun, bukan itu yang ingin Lev lakukan di sini. Melainkan melihat kegiatan Diamond House dalam ranah ilegal. Setelah berjumpa dengan Carlos, baik Lev maupun Gaby dibawa masuk ke dalam sebuah gedung rahasia berhimpitan dengan gedung utama.
Dan, di sanalah Lev melihat segalanya. Aktivitas para budak yang sedang dicekoki dengan narkoba, obat perangsang dan segala macamnya. Juga para pelanggan yang tengah berpesta dengan masing-masing budak pilihan mereka. Lev memicingkan mata, menahan napas juga akibat asap mengepul di udara. Rokok yang digunakan oleh pengunjung di sini bukanlah rokok biasa. Ia tidak ingin menjadi mabuk atau limbung akibat menghirup aromanya.
Setidaknya, survey mereka beres dengan hasil yang bagus. Jumlah pengunjung yang datang semakin banyak semenjak para budak itu mengkonsumsi obat-obatan milik Lev. Testimoni dari pengguna jasa juga lumayan memuaskan. Apalagi, menuju valentine membuat mereka menerima pelanggan lebih banyak dari pada sebelumnya.
Lev dan Gaby diajak berkeliling ke tempat lain pula. Memasuki sebuah ruangan khusus di mana itu adalah ruang koleksi pribadi milik Carlos dan berisi barang-barang langka.
"Aku terkesan kau memiliki kalung ini," ucap Gaby saat melihat manekin mengenakan sebuah kalung dengan liontin permata berwarna merah. Ukuran dari permata tersebut lumayan besar, bagian sisi liontin juga dibalut dengan emas berukiran ular. Juga ukuran kalung yang lumayan tebal dan panjang membuat Gaby bisa menilai bahwa benda tersebut amatlah sangat mahal.
"Itu adalah benda curian dari toko perhiasan terbesar di dunia. The Sapphire mengadakan pelelangan besar di Los Angeles tahun lalu dan aku beserta anak buahku melakukan perampokan di sana." Carlos menjelaskan dari mana ia mendapatkan benda yang terpajang di sana.
"Selain mengurusi rumah bordil, ternyata kau handal dalam merampok juga, ya." Lev ikut dalam obrolan.
Kekehan kecil dari Carlos pun terdengar. "Aku suka tantangan, Mosalev. Di mana ada bahaya, di situ aku ingin menaklukkan. Dan ruang ini adalah museum pribadi untukku. Barang-barang langka yang kudapatkan dengan cara paling tak terduga."
Lev mengangguk-angguk paham. Matanya menelisik ke sekitar. Memperhatikan benda-benda yang terpajang di sana dan berhenti ketika melihat sebuah kotak kaca yang di dalamnya terdapat kotak beludru terbuka berisikan cincin dengan permata biru cantik bertengger di atasnya.
Benda itu menarik seluruh atensi Lev. Ukuran kecil dari cincin tersebut juga menarik, tampak sederhana dari lingkarnya, tetapi terlihat mewah dan mahal dari permata yang tertempel di atasnya.
"Apa kau mau menjual salah satu barang di sini?" Lev bertanya.
Carlos kemudian melirik ke arah di mana Lev memandang. Ke sebuah cincin yang sekarang menarik perhatian. "Sayangnya tidak. Tetapi, jika kau menginginkan benda itu, akan kuberikan secara cuma-cuma sebagai bentuk pertemanan."
Oh, Lev amat tersanjung mendengar jawaban yang Carlos berikan. Betapa baik rekannya yang satu ini. Tentu saja Lev tidak berniat menolak, ia menerima ketika Carlos telah memberikan cincin itu kepadanya. Namun, Lev tidak benar-benar ingin memiliki benda itu. Ia menyerahkannya kepada Gaby. Memasangkan cincin dengan permata biru itu ke jari manis Gaby secara perlahan. Siapa yang menyangka, benda itu melingkar pas dan terlihat cocok di tangan gadis itu.
"Wow, ini sangat cantik berada di tanganku," pekik Gaby menyukainya.
"Carlos sudah memberikannya padaku. Jadi itu hak aku akan memberikannya pada siapa," kata Lev mengundang tawa dari dua orang yang mendengarnya.
"Masih ada tempat lain yang ingin kutunjukkan pada kalian," kata Carlos kemudian mengajak kedua rekannya itu keluar.
Namun, niatan untuk pergi menjelajah ruang lain pun tertahan. Mereka mendapatkan banyak todongan pistol saat baru saja membuka pintu hendak keluar. Di depan pintu ruang tersebut, sudah banyak orang mengenakan seragam militer berwarna hitam bercorak hijau gelap. Mereka juga mengenakan helm yang khas, menutup diri dengan rompi anti peluru dan menyampirkan banyak amunisi di badan.
Lev melirik ke pria yang berdiri di paling depan. Pada bagian dada pria tersebut, di sebelah kiri, di atas saku terdapat pin berbentuk bintang berjumlah tiga sekaligus tulisan yang menunjukkan dari organisasi mana mereka berasal.
"Sial!" Lev mengumpat. Tidak menyangka jika tindakannya kali ini terendus oleh D.E.A dan bahkan sampai terkepung di depan pintu ruangan.
"Move!" Pria paling depan itu memberikan perintah.
Lev dan Gaby juga Carlos pun jadi tak banyak bertingkah. Mereka kalah jumlah saat ini. Bisa dipastikan jika pengunjung dari Diamond House telah terkapar tak berdaya di ruangan lain. Entah apa yang digunakan oleh D.E.A sampai aparat itu bisa menembus pertahanan mereka dan melumpuhkan banyak orang tanpa menimbulkan sedikitpun suara.
Mereka bertiga mengangkat tangannya ke atas. Memposisikan diri tampak seperti orang yang telah menyerah. Membiarkan diri mereka digiring oleh aparat D.E.A dan keluar dari sana.
Salah satu petugas pun kemudian berpindah tempat, berdiri di belakang Lev dengan membawa sebuah borgol. Akan tetapi, Lev cukup pandai sehingga ia bergerak lebih cepat sebelum pria itu berhasil memborgol tangannya. Lev berbalik arah dan menendang si pria di bagian perut. Pria tersebut tertunduk merasakan hantaman tendangan yang begitu kuat dari musuh. Lantas, ketika rekan D.E.A yang lain menembakkan pelurunya, Lev dengan sigap menjadikan musuh yang ditendangnya sebagai tameng hidup.
Lesatan peluru-peluru dari D.E.A pun mengenai rekan mereka sendiri karena Lev bersembunyi di baliknya. Situasi kacau itu juga dijadikan kesempatan oleh Gaby, berlari secepat yang ia bisa ke sisi ruangan yang lain dan menjadikan salah satu pengunjung sebagai tameng daging. Agaknya di sini, hanya Carlos seorang yang meringkuk di satu tempat tanpa berniat untuk terlibat. Lev anggap bahwa Carlos sedang ketakutan.
Puluhan aparat D.E.A lainnya semakin berdatangan. Hal itu tak membuat Lev takut karena ia memiliki senjata cadangan. Menekan satu tombol rahasia yang ia simpan di dalam saku dan meledakkan satu ruangan lain di dekat mereka.
Efek ledakan bom terasa sampai lokasi mereka saat ini. Tembok ruangan mereka di sana juga ikut hancur, bersamaan dengan api yang melahap banyak benda di sekitar. Juga lantai yang bergetar, menimbulkan gempa sesaat yang membuat setiap orang jatuh terpental.
Suasana panik pun dijadikan sebagai kesempatan. Melihat seluruh aparat D.E.A terguling di lantai yang sama, Gaby segera mengambil tindakan. Gadis itu mendekat ke salah satu aparat dan mengambil alih senjata mereka.
"Rasakan ini, sialan!" seru Gaby sembari memberikan tembakan secara membabi-buta.
Musuh yang tak sempat menghindar pun akhirnya terluka. Bahkan beberapa dari mereka yang mendapat tembakan di kepala pun mati seketika.
.
.
.One Year With Criminal
The Ring
🌹❤️🌹
— Resti Queen —
KAMU SEDANG MEMBACA
One Year With Criminal [END]
ActionMosalev Ivanovich tidak pernah menyangka jika kedekatannya dengan Gaby Miller Houghton, seorang gadis yang mengaku sebagai putri dari pimpinan organisasi kriminal kelas kakap Amerika bernama Demonic Angel akan membawanya pada fakta-fakta besar yang...