😀😀😀
~~~~~~
Pukul 11 malam winter melajukan mobilnya menuju apartement dengan kecepatan sedang, mengingat jalanan yang tidak terlalu terang dan hanya ada sorotan lampu dari mobilnya saja.
Yupss.....winter memilih untuk kembali ke apartement dan meninggalkan isa dirumah sakit. Ucapan ryujin benar-benar membuat winter frustasi, dalam posisinya saat ini ia sebenarnya juga tidak tega dengan isa, tapi ia ingat jika karina butuh dirinya, ia ingat jika karina tidak akan bisa tidur jika dirinya tidak ada.
Hal itu membuat winter merasa bersalah jika karina tidak tidur karena dirinya.
"untuk malam ini, gw harus sama karina, nggak mungkin gw ninggalin dia sendirian apalagi dia takut kalo nggak ada siapa-siapa." gumam winter sembari menyetir dan melihat kedepan.
Jalanan cukup sepi karena jam sudah hampir tengah malam. Winter berharap karina sudah tidur, ia tidak ingin membuat karina tetap terbangun dan masih menunggu kepulanganya.
Beberapa menit setelah perjalanan, mobil winter sudah terparkir di apartement miliknya. Ia segera masuk kedalam dengan membuka pintu perlahan.
Ia mendapati secangkir coklat hangat dimeja ruang tengah dan tv yang masih menyala tapi ia tidak mendapati keberadaan karina. Winter masuk kedalam kamar dan melihat wanita tengah menikmati angin malam di balkon kamarnya.
Ternyata karina belum tidur, ia masih terjaga bahkan sekarang tengah menikmati angin malam.
Winter melangkahkan kakinya mendekati karina dan perlahan ia melingkarkan tanganya sempurna pada perut karina.
Winter memeluk karina dari belakang dengan tiba-tiba dan membuat karina terkejut.
"winter....!!" gumam karina terlonjak kaget.
Winter menaruh dagu pada bahu karina.
"karina....""akhirnya kamu pulang juga, kamu kemana aja, aku nungguin kamu dari tadi" gumam karina pelan mengelus tangan winter yang ada diperutnya.
"maaf, aku udah bilang kalo tadi ada urusan." winter menghirup aroma tubuh karina dalam-dalam.
"kenapa kamu belum tidur?" ujar winter.
"aku nungguin kamu, aku nggak bisa tidur kalo kamu nggak ada." jawaban karina membuat winter memejamkan matanya erat.
Mengutuk dirinya yang sangat bodoh ini. Harusnya dia ada disisi karina, selalu ada buat karina, tapi nyatanya..........karena rasa simpati dia yang tinggi dan tidak tegaan, ia membuat wanita pujaanya menderita.
Karina membalikan badan dan mengkalungkan tanganya pada leher winter untuk mempersingkat jarak dan menyatukan kening mereka.
Winter melakukan hal yang sama dengan menarik pinggang ramping karina."kalo aku boleh tau, kamu habis dari mana, kenapa handphone kamu nggak bisa dihubungi." ujar karina.
Winter menghela nafas pelan.
"aku dari rumah sakit, temen aku masuk rumah sakit, aku cuma nemenin aja, dan soal handphone, aku kehabisan baterai, jadi nggak bisa kabarin kamu." jelas winter, setidaknya ia mengatakan kebenaran meskipun belum selengkapnya.Karina menatap manik mata winter, apapun itu karina berusaha percaya dengan winter, berusaha untuk tidak berfikir yang aneh-aneh.
"aku udah disini, mendingan sekarang kita tidur, jangan sampai kamu kecapekan oke" ujar winter.
Winter menarik tangan karina untuk masuk kedalam, membiarkan karina naik keatas ranjang terlebih dahulu. Ia ingin mandi dan mengganti pakaianya agar lebih frees.