31 : Ada Apa Dengan Mereka?

81 6 0
                                    

PART 31 - Ada Apa Dengan Mereka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 31 - Ada Apa Dengan Mereka?

“Pi, aku kerja dulu, ya,” ucap Kyra begitu mobil sang ayah berhenti di depan gedung Dinata and Partners.

Hari itu Tama berkesempatan mengantarnya. Seperti ayah pada umumnya, Tama juga ingin mengantarkan sang putri meraih masa depannya.

“Cie, yang udah kerja.” Tama meledeknya jahil, dan Kyra tersenyum malu-malu.

Tama tersenyum, menatap sang putri penuh haru, “Anak Papi udah besar, ya,” ucapnya, “Papi senang lihat kamu bisa melanjutkan hidup lagi.”

Kyra tertegun saat Tama mengelus puncak kepalanya sembari menatapnya sendu. Tatapan dan ucapan yang penuh arti. Dan Kyra tahu apa maksud ucapan Tama.

Kyra lantas memeluk Tama, “Ini semua berkat dukungan Papi dan Mami juga. Kalau nggak ada kalian, aku nggak bisa kayak sekarang.”

Tama mendekap Kyra sambil mengecup puncak kepalanya sayang, “Kamu beneran udah putus sama laki-laki itu, kan?”

“Udah, Pi.”

Tama mengangguk senang.

“Aku masuk ya, Pi. Takut telat,” ujar Kyra sambil menarik diri.

“Ok.” Tama melirik gedung di depannya. Ia tertegun. “Kyra, sebentar.” Baru saja Kyra mau keluar mobil, dia menoleh lagi, “Kok kamu nggak bilang sama Papi kalau kerja di kantor Dominic?” tanya Tama.

Mata Kyra membulat, “Papi kenal sama Dominic Dinata? Iya, aku bisa kerja di sana soalnya direkomen sama temanku.”

“Dominic teman Papi,” jawab Tama, “Teman kamu pasti Daka,” tebaknya.

Mencebik, Kyra membalas, “Bukan. Memangnya teman aku Daka doang.”

“Kok bukan? Kan ini kantornya Daka.”

“Huh? Kantornya Daka?” Kyra tidak mengerti, “Oh, iya Daka juga magang di sini. Tapi, Papi tau dari mana?”

“Taulah. Ini gedung dibeli sama Daka juga bisa.”

“Mentang-mentang ayahnya jaksa profesional, gitu?”

Kini gantian Tama yang menatapnya bingung setengah heran, “Kamu nggak tau?”

“Nggak tau apa?” tanya Kyra polos.

“Daka ngomong apa sama kamu?” Tama malah balik bertanya.

Kyra semakin tidak mengerti, “Apa, sih, maksudnya? Aku nggak ngerti. Udah, ah. Aku udah telat, nih.” Tubuhnya maju untuk mencium pipi Tama, “Bye, Papi. Love you.”

Sepeninggal Kyra, mobil bergerak. Tapi, Tama masih terlarut dalam pikirannya. “Saya nggak tau anak saya yang polos atau Daka yang rendah hati.” Tawanya terdengar rendah, “Daka pasti sengaja menyembunyikan hal itu dari Kyra. Dan pasti ada alasannya ya, kan?” tukasnya pada Usman, sang supir di depan.

Someone Who Stay • 95L 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang