~ Happy Reading ~
🌟🌟🌟
.
.
Sebenarnya lumayan cantik sih wajah asing ini, bahkan lebih cantik dari wajah Violence yang sebelumnya. Akhirnya, Violence tak mempersalahkan penampilan yang sekarang karena menurutnya penampilannya kini akan sangat menguntungkan baginya.
.
.✨✨
Aurora, Luna juga Artemis tengah berjalan dari penginapan menuju sebuah desa. Mereka ke sana dengan berjalan kaki yang membuat Aurora menggerutu berkali-kali karena harus jalan jauh, padahal kendaraan umum seperti kereta kuda umum banyak.
"Akhirnya, kita sampai." Ucap Artemis menghentikan langkahnya. Hal ini membuat Aurora dan Luna saling melemparkan pandangan.
"Loh, katanya kita menuju ke desa kenapa berhenti di hutan gini?" Luna bertanya mendahului sebelum Aurora bertanya.
"Kita akan berlatih kekuatan di sini. Di sini tempat yang cocok untuk meningkatkan kekuatan sihir kita terutama untuk Aurora." Aurora menatap ke arah Artemis, lalu dirinya bertanya kepada Artemis melalui batin.
'Aku tahu kau sedang mengalihkan Luna kan? Biar dia tidak mengikuti kita bukan?'
'Yah seperti itulah. Itu kau tahu alasannya.'
"Kau tunggu di sini aja Lun. Kami akan pergi dulu untuk berkeliling," ucap Artemis sebelum dirinya mengajak Aurora segera pergi.
"Baik." Artemis dan Aurora pun meninggalkan Luna yang berdiri mematung sendirian. Luna celingukan kesana-kemari. Memperhatikan setiap sisi hutan ini. Hutan dimana Luna berdiri sangat indah tak jauh berbeda dari hutan yang sering dirinya lihat waktu di pulau tempat dirinya tinggal. Namanya hutan tentu pasti banyak pepohonan yang menutupi seluruh bagian hutan.
Luna berjalan menyusuri hutan sebab dirinya bingung ingin melakukan apa. Sampai terdengar srak...srak...srak. Suara dedaunan yang bergesekan membuat insting pertahanannya pun langsung menyala. Luna berdiri di hadapan sebuah semak-semak yang terus bergerak. Dirinya yakin ada seseorang dibalik semak-semak yang ada di depannya sekarang. Luna langsung menyiapkan sihir anginnya sebagai pertahanan diri sekaligus sebagai perlindungan diri.
Tiba-tiba, semak itu berhenti bergerak dan muncullah seorang gadis dari balik semak itu. Luna sedikit terkejut tapi dirinya tak mengurangi kewaspadaannya. Gadis dengan surai coklat itu menoleh dan memandangi Luna yang siap-siaga.
"Siapa kau?!" Tanya Luna sembari mendekati gadis tersebut.
"Um, aku Katherine. Jangan menyerang diriku!" Ujarnya takut-takut. Luna menurunkan kedua tangannya sebelum bertanya kepada gadis bernama Katherine itu, "apa yang kau lakukan tadi?"
"Aku sedang mengumpulkan ranting serta dedaunan bersama tuan ku tapi tiga ekor kelinci mengganggu ku sehingga tadi barang-barang ku berjatuhan."
Luna mengernyitkan dahinya, "ku kira tadi ada seekor hewan buas atau para penyihir jahat," jedanya sesaat sebelum berujar kembali, "aku Luna. Aku juga sedang menemani tuan ku."
"Oh, ya siapa tuanmu?"
Mereka terus berbincang dan menjadi akrab. Katherine kembali mengumpulkan ranting dan dedaunan sementara Luna ikut membantunya. Setelah selesai semua, Katherine mengajak Luna untuk menuju rumahnya. Luna yang awalnya ragu sebab dirinya akan meninggalkan Aurora dan Artemis. Luna khawatir jika mereka akan mencarinya nanti tapi karena dirinya tak enak untuk menolak ajakan Katherine. Dirinya memutuskan untuk mengikuti Katherine.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Won't Go Speechless [On Going]
Фэнтези{Fantasy - Fiction} Ketika dunia mulai hancur, kegelapan merebut cahaya. Penderitaan merajalela hingga kehancuran besar. Semua memuja para Dewa meminta pertolongan hingga terlahir Reinkarnasi Sang Dewi. Akan tetapi, suatu masalah menghadang Reinkar...