~ Happy Reading ~
🌟🌟🌟
.
Dengan urutan Louis yang berada di barisan paling depan dan Janshen di barisan belakang. Sementara Aurora, Xelyn, dan Leafia berada di tengah. Kuda-kuda mereka mulai menuruni Gunung Putih. Hari semakin gelap tapi Gunung Putih tetap bercahaya sebab batu-batu permata yang mulai menyala sehingga memudahkan mereka melihat rute jalan.
✨✨
Entah mengapa perjalanan pulang ini terasa lebih lama daripada saat berangkat tadi. Bagi Aurora ini terasa aneh. Seharusnya mereka sudah sampai sebelum matahari benar-benar menghilang. Kini rembulan sudah menunjukkan dirinya tepat di atas kepala mereka tapi mereka juga belum kunjung sampai. Namun, untungnya bulan benar-benar bersinar terang sehingga mereka dapat melihat rute jalan.
Jalan yang mereka lewati cukup sepi, kemungkinan para hewan ataupun makhluk lainnya sudah berada di peraduannya masing-masing. Angin berhembus melewati para pangeran dan putri itu, mencoba untuk membuat mereka kedinginan. Dengan suasana seperti ini angin itu sukses membuat bulu roma mereka berdiri.
Suara dedaunan serta ranting beku saling bergesekan sehingga membuat suara-suara yang menambah suasana semakin mencekam.
"Kak Janshen, sepertinya kita tersesat?" celutuk Xelyn yang berada di belakang Aurora.
"Entahlah, akan kutanyakan pada Louis," ujar Janshen setelah itu dirinya maju dan menyejajarkan kudanya dengan kuda Louis. "Louis, kita saat ini melewati jalan waktu kita berangkat. Apa lewat jalan lain?"
"Oh, kita sedikit memutar. Aku lupa mengatakannya, maaf...."
"Pantas saja kita tak sampai-sampai," gerutu Xelyn.
"Memangnya mengapa kita harus memutar, Louis?" tanya Aurora yang ikut menyejajarkan kudanya ke depan.
"Kata para prajurit tadi, jalur yang kita lewati sebelumnya tertutup akibat longsor salju sebab itu kita harus lewat sini," jelas Louis membuat teman-temannya menghela napas.
"Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan ini daripada hanya mengobrol, kita takkan sampai nanti," interupsi Leafia yang kini telah berada di posisi terdepan. Aurora dan yang lain pun bergegas menyusulnya.
Baru beberapa meter mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba saja terdengar derak ranting di hadapan mereka. Xelyn yang mendengar hal itu menghentikan kudanya serta bertanya kepada Janshen. Namun, kakaknya itu hanya menjawab itu bukan apa-apa. Setelah mendengar perkataan kakaknya itu, Xelyn kembali menjalankan kudanya dengan perasaan masih was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Won't Go Speechless [On Going]
Fantasía{Fantasy - Fiction} Ketika dunia mulai hancur, kegelapan merebut cahaya. Penderitaan merajalela hingga kehancuran besar. Semua memuja para Dewa meminta pertolongan hingga terlahir Reinkarnasi Sang Dewi. Akan tetapi, suatu masalah menghadang Reinkar...