~ Happy Reading ~
🌟🌟🌟
Baru saja Aurora merasakan namanya pertemanan setelah ia mendapatkan kepercayaan dan penerimaan itu karena saat dirinya menjadi Melinda tak mendapatkannya. Namun, kini itu semua tinggal lah kenangan yang berakhir buruk. Sepertinya memang jangan pernah terlalu percaya kepada manusia.
✨✨
Dingin dan hampa. Penjara yang sepi dan gelap karena di bawah tanah. Dengan dinding batu penuh lumut serta hewan pengerat yang menemani seorang gadis di dalam selnya. Gadis itu terduduk dengan kaki diluruskan ke depan. Pandangannya yang kosong menjelaskan betapa kacau pikirannya.
Sudah lima jam ia berada di dalam sel penjara itu. Tak ia ketahui sekarang mentari masih bersinar atau tidak karena kondisinya di dalam penjara. Tak dapat ia lihat cahaya matahari, yang ia lihat hanyalah cahaya obor yang remang di sudut-sudut penjara. Hal itu cukup menemaninya tapi tidak untuk menenangkannya.
Dalam pandangannya yang kosong itu tertulis nama teman-temannya. Kawan yang telah mengecewakannya atau dirinya lah yang mengecewakan. Pastinya, sekarang dirinya hanya sendiri. Takkan ada lagi seorang yang mau dengannya. Apalagi dirinya telah tercap sebagai seorang 'pengkhianat' atau kata lainnya adalah musuh.
Bahkan kucing sekaligus partnernya saja tak mau menemuinya. Apakah kucing itu juga sama kesalnya. Namun, terbesit pula rasa dongkol yang menggerogoti hatinya. Rasa kesal yang luar biasa kepada sosok yang telah melemparkannya ke dalam penjara. Suatu saat nanti, ia akan memutar balikkan kondisi. Biarlah musuhnya bersenang-senang terlebih dahulu sebelum akhirnya ia akan hancur sendiri.
Tidak hanya dikurung saja, tetapi kedua tangan Aurora terikat oleh rantai besi. Rantai yang sepertinya menyerap energinya sebab entah kenapa Aurora merasa sedikit lemas. Sedangkan kedua kakinya tidak terikat tapi seperti ada tali yang mengekangnya jika ia pergi dari sini. Entah hukuman apa yang akan ia dapatkan. Mungkin esok, lusa, ataupun purnama yang akan datang kepalanya telah terpenggal ataupun tubuhnya hancur dimakan oleh hewan-hewan magis. Itu hukuman bagi seorang pengkhianat yang berani melawan negaranya sendiri. Cukup mengerikan dan Aurora berharap ia cukup mati di dalam sel penjara.
Ketika Aurora tengah merutuki diri dan juga musuh menjengkelkannya. Terdengar di ujung lorong suara langkah kaki. Awalnya suaranya cukup jauh sehingga kini terdengar sangat jelas. Aurora yang peka terhadap suara itu mencoba mengintip dibalik pintu penjara yang terdapat jeruji sehingga memudahkannya melihat keadaan di luar.
Tak Aurora sangka yang datang adalah kawannya dulu. Itu membuat raut wajahnya menjadi tampak biasa, tidak menunjukkan rasa suka ataupun kesal. Ketika kawannya itu sudah sampai di depan pintu penjaranya lantas Aurora memandangi wajahnya dalam diam, sembari menunggu apa yang akan dibicarakan olehnya. Sepertinya kawannya itu juga telah menyuruh kedua prajurit yang berjaga untuk pergi. Kini hanya ada dua insan yang saling berhadapan walau terpisah oleh pintu besi penjara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Won't Go Speechless [On Going]
Fantasy{Fantasy - Fiction} Ketika dunia mulai hancur, kegelapan merebut cahaya. Penderitaan merajalela hingga kehancuran besar. Semua memuja para Dewa meminta pertolongan hingga terlahir Reinkarnasi Sang Dewi. Akan tetapi, suatu masalah menghadang Reinkar...