❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗
Choi Jimin dan Park Hyuna menjalani kehidupan pernikahan yang terlihat sempurna selama 6 tahun, hingga sebuah liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi bencana. Di balik senyuman manis, Jimin ternyata m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ah ... Sudah lama sekali Chimu tidak update cerita Firework ini, semoga kalian tidak bosan menunggu ya🤭 Seperti biasanya jangan jadi pembaca goib ya, tolong hargai karyaku dengan vote sebelum membaca. Terimakasih atas apresiasinya💜
🎇🎇🎇
Hyuna membuka laci, terdapat sekat-sekat berbentuk kotak kecil khusus untuk menyimpan dasi dan saputangan di ruang wardrobe kediamannya. Irisnya bergerak mengurutkan dari ujung kiri ke kanan, turun hingga paling pojok. Utuh tak ada yang kosong didalam kotak itu. Hyuna sedikit bernapas lega, namun kembali ia dilanda kekhawatiran, irisnya melirik tajam ke arah kanan. Masih ada satu laci lagi.
Jantungnya berdegup kencang, tangannya sedikit bergetar, dibenaknya merapalkan doa agar instingnya meleset. Kembali Hyuna mengurutkan isi dari laci tersebut. Pada urutan ke sepuluh, jemarinya meraba kekosongan di dalam kotak. Hyuna hapal betul, warna, motif, bahan apa saja saputangan yang menjadi koleksinya. Terlebih kebanyakan dari yang ia miliki memiliki motif yang ia jahit sendiri. Selama masa kehamilan Aerin selain merajut, Hyuna menghabiskan waktu dengan menjahit motif saputangan. Ia juga selalu meletakkan barang ke tempatnya kembali setelah memakai atau dicuci.
Masih ada kemungkinan lain, aku harus mencari kebenarannya dengan jelas, gumam Hyuna. Menutup kembali laci. Beranjak dari ruang wardrobe.
Rasa curiga terhadap suaminya perkara bukti yang ia temukan didekat jasad perawat gadungan tak sepenuhnya terarah pada Jimin. Entah mengapa Hyuna masih meyakini ada kemungkinan lain. Terakhir kali ya mengingat saputangan itu berada di atas meja kerja Jimin sebelum kejadian itu. Bisa saja seseorang mengambilnya.
Dalam hitungan detik wajah yang semula tegang, berubah seakan tak terjadi apapun. Di hadapan cermin Hyuna menarik kedua sudut bibirnya, memasang topeng yang berbeda untuk mengambil peran sebagai ibu dan istri yang tidak memiliki beban sebelum keluar kamar.
Hyuna melangkah ke dapur, setelah mendengar suara Aerin dari sana. Wanita itu bersidekap memandang anak dan suaminya dari belakang. Mendengarkan percakapan hangat seorang ayah dan anak yang lama tak ia dengar. Mereka nampaknya belum menyadari kedatangan Hyuna.
"Ayah sedang membuat apa?" tanya Aerin, ketika melihat sang ayang sedang berkutat dengan penggorengan di dalam dapur.
"Ayah sedang membuat spaghetti kesukaanmu sayang," ucap Jimin. Sambil terus mengaduk masakannya
"Yeay.. spaghetti lachibolala kesukaanku ya yah?" Aerin meloncat-loncat kegirangan. Sudah lama ia tak memakan masakan ayahnya.
"Spaghetti carbonara nak, bukan lachibolala," ujar Jimin membenarkan.
Aerin maju selangkah sedikit mendekat, dengan kepala yang digerakkan miring ke kanan menghadap Jimin, "Apa yah? Calebonala?"
Jimin terkekeh, mengelus pucuk kepala Aerin, "Ca-re-bo-na-ra." Dengan sabar Jimin kembali membenarkan pengerjaan Aerin.