Sang Surya mulai bergulir dari peraduannya. Kala hari mulai gelap, Jimin tak kunjung menampakkan diri pulang ke rumah. Hyuna mengembuskan napas berat di balik jendela ruang tamu. Pandangannya menerawang ke luar ruangan, berharap Jimin segera datang. Namun hingga larut malam ia tak kunjung pulang.Hyuna memeluk dirinya sendiri di tengah dinginnya malam di musim dingin. Buliran air mata yang membuat seseorang sangat terluka bukanlah yang jatuh dari mata membasahi wajah, tapi yang jatuh dari hati membasuhi jiwa. Takdir telah mempermainkannya kali ini. Aku akan mengikuti permaian mu Jihyo. Ucap Hyuna dalam hati.
Sejak mengetahui ia mengandung Aerin, Hyuna bertekad untuk membesarkan anaknya di dalam lingkup keluarga yang utuh. Kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Kehilangan kasih sayang dari kedua orang tua yang hanya mementingkan bisnisnya. Membuat Hyuna tak ingin Aerin merasakan hal yang sama. Terlebih figur seorang ayah adalah hal yang paling penting untuk tumbuh kembang seorang anak perempuannya. Karena cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya. Ia ingin Jimin selalu ada untuk Aerin.
Sedangkan di tempat lain di waktu yang bersamaan, di sebuah apartemen mewah dengan pemandangan sungai Han. Sepasang kekasih gelap sedang melepas rindu. Jimin tengah berbagi peluh bersama jihyo. Setiap sentuhan yang Jihyo berikan berhasil mengusir rasa penat saat berdebat dengan istrinya.
Di atas ranjang, Jimin merapikan anak rambut Jihyo, ia selipkan di belakang telinganya. "Apa yang kau lakukan saat aku menjaga Hyuna di Rumah Sakit?"
"Aku berkunjung ke tempat ibuku." Jawab Jihyo sambil melingkarkan tangannya di pinggang Jimin posesif.
"Apa kau tak berkunjung menemui Hyuna di Rumah Sakit? Mungkin aku tak melihatmu saat aku keluar ruangan saat itu." Dalam benak Jimin ia ingin memastikan apa yang di duga oleh Hyuna tentang perawat gadungan yang akan mencelakai istrinya itu bukankah Jihyo.
Jihyo mengerutkan dahinya, "Maafkan aku, aku belum sempat mengunjungi Hyuna. Aku harus membantu ibuku. Kebetulan tokonya beberapa hari sedang ramai. Lalu bagaimana keadaanya sekarang?"
"Tak apa, dia sekarang sudah sehat."
"Syukurlah, kau tak lelah menunggunya di Rumah sakit sekarang. Dan kau memiliki banyak waktu untukku."
Jimin mengangguk "Hyuna kembali membuatku kesal, ia memutuskan sesuatu tanpa berunding dengan ku."
"Sifat seseorang tak bisa dirubah Jim. Jika kau bersama ku, aku tak akan memutuskan sesuatu sendirian. Kau lebih lama mengenalku daripada istrimu."
Mendengar perkataan Jihyo semakin membuat Jimin bingung, siapakah orang yang akan mencelakai istrinya. Belum lagi masalah itu terpecahkan, ia kembali bimbang dengan perasaannya.
"Aku menginap di sini malam ini. Kau tidur saja dulu." Ujar Jimin setelah memakai kembali pakaian yang tercecer di atas lantai kamar Jihyo.
Jihyo masih membungkus dirinya di balik selimut memandangi Jimin yang berjalan keluar kamar, "Kau mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐢𝐫𝐞𝐰𝐨𝐫𝐤
Fanfiction❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Choi Jimin dan Park Hyuna menjalani kehidupan pernikahan yang terlihat sempurna selama 6 tahun, hingga sebuah liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi bencana. Di balik senyuman manis, Jimin ternyata m...