FW 14

163 26 25
                                    

Yang baru follow makasih ya, jangan lupa vote setiap partnya 💜Sekali lagi vote dan komen kalian sangat menambah semangat author

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang baru follow makasih ya, jangan lupa vote setiap partnya 💜
Sekali lagi vote dan komen kalian sangat menambah semangat author.
Borahe💜💜💜💜

🎇🎇🎇

"Sialan."

Jihyo menggenggam erat ponsel yang masih menampilkan foto punggung ibunya yang berada di kedai.

Sejemang kemudian ia menghubungi Hyuna, mengatakan bahwa ia tak takut dengan ancamannya. Bahkan ia berbalik mengancam akan mengadukan kepada Jimin apa yang Hyuna lakukan. Hyuna hanya menjawab, "Memang apa yang akan di lakukan Jimin? Dia bukan siapa-siapa tanpa aku." Perkataan Hyuna berhasil membuat Jihyo semakin tersulut emosi.

Di dalam hati Jihyo bersumpah tak akan tinggal diam, apa lagi ini mengenai ibunya. "Jangan merasa menang dulu Hyuna!"

Sebenarnya Hyuna tak tega harus melibatkan seorang orang tua ke dalam permasalahannya. Namun Hyuna harus melakukan itu untuk membuat gertakan kepada Jihyo. Jika dia menggunakan atensi Aerin untuk merebut perhatian Jimin maka ia bisa menggunakan ibunya untuk memukul mundur Jihyo. Menjauh dari keluarga kecilnya.

Saat tengah menikmati ayam goreng dengan bumbu garlic dan madu yang di sajikan, segerombolan lelaki dengan tubuh kekar dan seorang lelaki yang memakai pakaian rapi dengan setelan kemeja hitam memasuki kedai. Ill hwa memberi hormat kepada seorang lelaki yang memakai kemeja hitam. Terdengar percakapan mereka bahwa kedai yang Ill hwa tempati telah berpindah kepemilikan. Lelaki itu meminta Ill hwa segera pindah karena menurut pemilik barunya gedung ini akan beralih fungsi.

Ill hwa terduduk lemas, berusaha bernegosiasi agar kedainya tetap bisa beroperasi, namun lelaki itu berkata, pemilik gedung tak ingin negoisasi apapun. Ia tetap ingin mengalih fungsikan gedung ini.

Mendengar hal tersebut Hyuna menghampiri Ill hwa yang tengah tertunduk menitikkan air mata setelah orang-orang itu pergi, mengusap lembut pundaknya, menenangkan.

"Maaf Bu, aku dengar kau harus pindah dari gedung ini?" Tanya Hyuna.

Ill hwa mengangguk lemah, "Iya nak, sepertinya aku tak bisa membuka di tempat lain. Baru saja aku memperpanjang kontrak apartemen yang aku tinggali. Uang ku tak cukup jika harus menyewa tempat lain."

"Sayang sekali, padahal kedai ibu sangat ramai, dan masakan ibu sangat enak." Hyuna menatap sekeliling ruangan kedai yang masih di penuhi oleh pengunjung.

"Aku harus merelakannya. Aku akan mencari pekerjaan lain. Mungkin menjadi pembantu rumah tangga. Atau bekerja di kedai milik orang lain."

"Bagaimana jika aku membelikan ibu food truk? Jadi ibu masih bisa berjualan. Kita cari tempat yang ramai. Nanti aku akan meminta seseorang untuk membantu membagi selebaran agar pelanggan ibu tak bingung harus mencari kemana." Tawar Hyuna.

Pundak Ill hwa seketika terangkat, merasa kembali bersemangat ada seseorang berhati malaikat yang bersedia membantunya. Namun sedetik kemudian ia kembali lemas mempertimbangkan, "Tapi nak, aku sudah banyak merepotkan mu. Kau sudah membelikan ku sepeda listrik dan sekarang kau mau membantu usaha ku. Kau tak perlu melakukan itu. Aku bekerja dengan orang lain saja setelah ini."

𝐅𝐢𝐫𝐞𝐰𝐨𝐫𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang