❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗
Choi Jimin dan Park Hyuna menjalani kehidupan pernikahan yang terlihat sempurna selama 6 tahun, hingga sebuah liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi bencana. Di balik senyuman manis, Jimin ternyata m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak ada yang tau mengenai takdir yang akan di terima oleh manusia. Begitu juga Hyuna. Uang dan kekuasaan yang di miliki nyatanya tak bisa menjauhkannya dari mala petaka. Hyuna hanya duduk terdiam, memandang wajah pucat anaknya dengan pandangan kosong. Seakan otaknya sudah lelah dan berhenti bekerja untuk memikirkan sesuatu.
Ia bahkan tak menyadari Jimin sudah berada di sampingnya. Ayah dari Choi Aerin itu ikut memandang pilu sang putri yang tengah memejamkan mata sangat erat. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan mungil Aerin.
"Ayah datang, Nak. Jika bisa memindahkan rasa sakit yang kau rasakan ke dalam tubuh ayah. Ayah akan melakukan apapun caranya, asal kau sembuh dan kembali membuka mata," lirih Jimin.
Hyuna tetap masih tak menyadari kehadiran Jimin. Ia masih terpaku memandang wajah putrinya. Buliran air mata sesekali mengalir tanpa isakan, membasahi pipinya.
Jimin beralih menatap Hyuna. Wajah pucatnya mengundang iba. Jimin menghela napas, rasa bersalah kembali menyeruak dari dalam hatinya. Wanita yang sudah mengisi hidupnya selama bertahun-tahun ini terlihat sangat rapuh.
Tangan Jimin berpindah menggenggam tangan Hyuna. Membuat Hyuna tersentak, sadar dari lamunannya. Pandangan Hyuna dan Jimin bersibobrok, detik itu juga Hyuna kembali terisak saat menyadari Jimin ada di dekatnya.
"A-Aerin," ucap Hyuna terbata karena tangisnya.
Jimin mengangguk berusaha tegar di depan istrinya agar Hyuna tak semakin kalut. "Aerin pasti akan membuka mata sebentar lagi. Ia pasti merasakan kehadiran kita."
Hyuna tertunduk lemas, masih menangis. Mendengarnya hati Jimin terasa seperti di sayat belati tajam. Dua orang yang ia sayangi tengah merasakan penderitaaan.
Setelah merasa tenang, Hyuna menyadari jika Jimin masih memakai selang infus dan kepala yang di balut perban. Ada rasa iba dalam benak Hyuna meski Jimin sudah banyak menorehkan banyak luka di hidupnya. Tapi rasa kemanusiaannya tak tumpul karena luka itu.
"Kembalilah ke ruanganmu, aku akan menjaga Aerin. Kau perlu istirahat untuk menyembuhkan lukamu," ujar Hyuna lembut.
"Tidak, aku ingin menjaganya juga. Wajahmu juga pucat. Kau pasti lelah, istirahatlah, bukankah kau tadi sempat pingsan? Biar aku yang menjaganya." Akan tetapi, perintah Jimin di tolak oleh Hyuna.
Jimin sempat melihat Hyuna pingsan sesaat setelah terdengar suaranya menggema karena teriakannya melihat insiden kecelakaan itu. Tubuh Jimin yang terkapar akibat benturan keras sempat melihat Hyuna dan Aerin. Namun, saat ia berusaha dengan susah payah untuk bangun. Keseimbangan pada tubuhnya tak sepenuhnya ada. Jimin sempat bingung harus memilih siapa yang akan ia tolong terlebih dahulu. Ia berjalan sempoyongan, dengan cepat memutuskan untuk menolong Aerin terlebih dahulu. Bukannya ia tak menyayangi Hyuna, tapi ia mempertimbangkan kondisi Aerin sudah berlumuran darah dan tak bergerak.
🎇🎇🎇
Kepulan asap membumbung tinggi dengan bau khas tembakau yang di bakar. Yoongi tengah duduk dengan menyilangkan kaki di suatu ruangan yang terlihat minim cahaya. Di hadapannya, seseorang tengah duduk dengan tangan dan kaki yang terikat di kursi kayu.