❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗
Choi Jimin dan Park Hyuna menjalani kehidupan pernikahan yang terlihat sempurna selama 6 tahun, hingga sebuah liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi bencana. Di balik senyuman manis, Jimin ternyata m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin tengah menyesap secangkir kopi panas di cafetaria Rumah Sakit seorang diri. Sebuah panggilan masuk dari wanita yang ia rindukan. Pembicaraan mereka tak berlangsung lama, Jihyo hanya menanyakan keadaan Jimin dan merindukannya.
Terulas senyum bahagia kala Jimin melihat foto Jihyo di layar ponselnya. Bayangan masa lalu di kala mereka menjalin kasih sebelum bertemu dengan Hyuna tergambar jelas di pikiran Jimin.
Dua orang yang saling mencinta, saling melengkapi satu sama lain. Jimin ingin sekali membahagiakan Jihyo yang selalu ada saat Jimin membutuhkannya, hanya Jihyo yang merawat Jimin ketika ia sakit. Jihyo sesosok periang yang membuat Jimin selalu tersenyum. Bahkan Jihyo yang menemani Jimin di saat terpuruknya, kehilangan kedua orang tua di saat yang bersamaan karena kecelakaan mobil. Saat itu Jimin tengah merayakan kelulusannya sebagai mahasiswa, ketika kedua orang tuanya akan datang menghadiri upacara kelulusannya. Kejadian naas itu terjadi. Seketika Jimin merasa telah sia-sia sudah mengenyam pendidikan tinggi agar kedua orang tuanya bangga bahkan Jimin adalah lulusan terbaik dari salah satu universitas terkemuka di Seoul. Namun karena Jihyo selalu menguatkan Jimin, ia bisa bangkit dari keterpurukan itu.
Melihat Jihyo yang gigih untuk mewujudkan impiannya. Menjadi seorang coach ballet dan bisa mendirikan agensi tari yang menampung tarian modern dan ballet, membuat Jimin kembali bersemangat untuk membantu mewujudkan impian Jihyo.
Namun sebuah kesalahan terjadi, Jihyo hamil. Membuat Jihyo tak terima akan nasibnya. Ia sangat menyalahkan Jimin. Saat itu Jimin sudah berniat akan bertanggung jawab namun Jihyo menolaknya dengan keras. Impiannya belum terwujud. Ia belum memiliki gedung agensi miliknya sendiri. Sedangkan Jimin saat itu masih sebagai karyawan kantor milik Appa Hyuna. Jimin masih berusaha menabung untuk membantu mewujudkan mimpi Jihyo.
Tanpa sepengetahuan Jimin, dengan nekat Jihyo menggugurkan kandungannya. Berharap ia masih bisa meraih impiannya tanpa ada halangan. Baginya menikah dan memiliki anak saat itu hanya akan menghambatnya. Sejak saat itu hubungan mereka mulai renggang ketika Jimin mengetahui hal tersebut.
Hingga di saat Jihyo bertemu dengan Yoongi yang ternyata adalah pemilik perusahaan MY Group. Jihyo berhasil menggaet Yoongi berharap lelaki itu bisa mewujudkan impiannya dengan mudah dan memutuskan Jimin begitu saja. Tepat di malam perayaan anniversary mereka. Malam di saat Jimin tak sengaja bertemu dengan Hyuna ketika Jimin tengah merasakan kehancuran hatinya.
Jimin tersenyum miris, hembusan berat terdengar. Kini saat Jihyo menginginkan untuk kembali bersama Jimin, lelaki itu tak berpikir lama untuk menerimanya. Meski dalam benaknya memikirkan istri dan anaknya pasti akan terluka dengan keputusannya. Namun semakin hari ia merasa cintanya kepada Jihyo masihlah sama atau hanya rasa bersalah yang ia rasakan.
🎇🎇🎇
Suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah brankarmengusik tidur Hyuna. Meskipun dalam keadaan tertidur pulas namun tubuhnya bisa merasakan setiap gerakan dan suara yang mendekatinya. Terlebih saat Jimin mulai jarang pulang kerumah karena wanita ular itu. Seakan tidurnya tak pernah nyenyak dan tenang. Bahkan ia sering mengalami insomnia.
"Obat apa yang akan kau berikan? Kenapa tak membangunkan ku terlebih dahulu dan memberitahukan tentang obat yang akan kau berikan?" Ucap Hyuna saat membuka mata. Membuat kaget seseorang yang sedang mengambil botol cairan obat dan di masukkan ke dalam suntikan.
Seseorang dengan pakaian perawat dan masker untuk menutupi parasnya. Yang membuat Hyuna curiga adalah, tak ada tanda pengenal yang biasa di kalungkan ke leher setiap perawat yang bertugas di Rumah sakit ini.
"Tenang lah, obat ini akan membuat mu tak lagi merasakan sakit. Obat ini akan ku suntikkan melalui selang infus." Ucap perawat itu sambil mengeluarkan sedikit cairan obat itu ke ujung jarum suntik dan menjetikkannya perlahan untuk memastikan obat itu bisa keluar dengan lancar saat di masukan ke dalam infus. Seakan memang sudah profesional.
Hyuna menajamkan pandangannya di tengah lampu ruangan yang masih temaram untuk melihat botol obat yang tak memiliki label keterangan pada botolnya. Hal itu semakin membuat Hyuna curiga.
"Nah selesai. Beristirahat lah dengan tenang, Nyonya. Setelah ini kau akan sembuh." Perawat itu menarik sudut bibirnya di balik masker. "Hiduplah dengan tenang di alam sana dan aku mendapatkan uang yang banyak setelah ini." Lirih si perawat setelah membersihkan peralatan medisnya.
"Aku mendengar apa yang kau bicarakan. Sebenarnya siapa kau?!"
Perawat itu berdeham, "Memangnya aku bicara apa? aku hanya berharap kau segera sembuh Nyonya." Hyuna tau perawat itu tengah berbohong karena ia bisa mendengar apa yang di katakan perawat itu dengan jelas meski terdengar lirih.
Perawat itu sangat meyakini dalam hitungan menit Hyuna akan menutup matanya rapat dan tak akan terbangun lagi. Setelah ia menyuntikkan obat euthanasia.
Namun ...
Hyuna mencengkram pergelangan perawat itu dengan kuat sambil menunjukkan jarum infusnya sudah ia lepas. Sebelum perawat itu menyuntikkan obat, Hyuna sudah terlebih dahulu mencabut jarum infusnya namun ia berpura-pura masih menggunakannya.
Sontak perawat itu kaget dan hendak melarikan diri namun Hyuna masih menggenggam tangan perawat yang sudah terlihat panik karena usahanya telah gagal. Obat itu tak masuk ke dalam tubuh korbannya.
Perawat itu berhasil mendorong tubuh Hyuna saat ia akan melarikan diri, namun dengan cepat Hyuna kembali berdiri agar perawat itu tak kabur meski kini darah mengalir pada bekas jarum infus di punggung tangan. Ia tak memperdulikannya.
"Siapa yang menyuruhmu?!" Tanya Hyuna dengan penuh penekanan.
"Kau tak perlu tau!"
Karena tubuh Hyuna masih belum terlalu fit, tenaganya tak begitu banyak. Ia kembali tersungkur saat perawat itu mendorong kembali tubuh Hyuna.
Perawat itu menginjak telapak tangan Hyuna yang masih mengeluarkan darah akibat mencabut paksa infusnya tadi. Hyuna meringis merasakan perih dan sakit secara bersamaan. Kaki perawat itu menekan dengan keras membuatnya mengernyit kesakitan.
Melihat korbannya tak berdaya, perawat itu bergegas melarikan diri. Sebelum orang lain mengetahui keberadaannya.
🎇🎇🎇
To be continued
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.