.
.
.
.
.
.
Warning 18+
mohon untuk bijak!Mentari berangsur bangkit perlahan, Pagi yg cerah terbit seraya menghangatkan suasana dingin kamar seorang gadis yg masih terlelap dalam balutan selimut tebal, Tak terusik sedikitpun dari tenangnya diambang sadar sana. Seseorang yg lain yang berada dalam dekapannya perlahan membuka matanya tatkala getaran hebat yg berasal dari ponsel itu tak hentinya berdering, Dirabanya sekitaran nakas disamping kasur itu
"Astaga... Demi Apa ini?" Kagetnya kala ponsel itu ia raih lalu mengecek jam disana, Saat itu waktu menunjukan pukul 10:37 WIB. sontak ia bangkit lalu menepuk kasar manusia yg sedari tadi mencengkram kuat pinggangnya dari arah belakang
"Ge... Ge... Gracia, bangun udah siang" Usahanya membangunkan Gracia buru2, mengingat semalam Gracia bilang akan ada meeting jam 6 pagi. Shani khawatir dan panik melihat pukul berapa ia bangun saat ini
"Gracia bangun.. Aku kesiangan..." Lanjutnya lagi sambil menepuk2 pipi Gracia, tak lama Graciapun terbangun, meraih ponselnya diatas nakas lalu mengecek jam
"Astaga.. yauda awas aku cuci muka dulu" Bangkitnya menggeser Shani dari sisinya sedikit, lalu berjalan menuju kamar
Merasa bersalah, Shani diam mematung diatas kasur, digigitnya kuku2 adri jemari indah itu tatkala gemetar yg ia rasakan tak kunjung reda. Shani takut, bagaimana kalau Gracia marah padanya karena hal ini? meeting itu pasti penting bukan?? Astaga ayolah, Shani benar2 tidak tau harus bagaimana sekarang. Masih diam ditempatnya, Fikiran Shani lalu berkecamuk riuh saat mengingat kejadian tadi malam
flashback.
"Ada meeting Zoom sebentar, bangunin ya Sayang" jawab Gracia masih dengan sedikit berbisik, lalu mengeratkan lagi pelukannya pada Shani
Shani lalu membalikan badannya menghadap Gracia, menatap indah mata coklat itu, berusaha menyelami sisi lain dari seorang Shania Gracia
"Ge." panggilnya yg hanya dijawab deheman seraya memejamkan mata oleh Gracia, mungkin Gracia lelah dan sudah sangat ingin beristirahat fikirnya Shani.
Shani berbalik lagi ke posisi semula, membiarkan Gracia memeluknya erat dari belakang sana. mencoba memejamkan mata juga, Shani dikagetkan dengan pergerakan tangan Gracia di perutnya. menelusuk masuk kedalam piyama yg ia kenakan, Jemari itu pelan perlahan naik sampai pada payurada Shani yg tak terbungkus apapun. shani tidak memakai bra, itu memang kebiasaannya melepas bra saat hendak tidur seperti ini.
Dinginnya jemari Gracia seketika menaikan atensi Shani, ia membuka mata dan melotot kaget. masih denga posisi membelakangi Gracia, Shani berusaha untuk mengontrol dirinya sendiri.
Namun, dirasa pergerakan itu tak kunjung usai. bahkan kini tangan Gracia semakin usil mengelus2 payudara Shani dan sedikit meremasnya, Shani terpancing untuk sekedar protes, baru saja akan melayangkan seruannya. Suara serak Gracia terlebih dulu mengalun indah ditelinganya
"Shan, boleh gak?" Suara itu, pelan namun menuntut. Shani yg pertahanannya setipis tisu hanya bisa mengangguk pelan dalam diam
Gracia semakin bekerja keras memanjakan buah dada Shani, mengecup sensual tengkuk jenjang Shani, menjilatnya lalu ia menggigit tipis daun telinga Shani. sambil tak melepaskan gerayangannya di dalam baju Shani
"Ahhhh.. Ge," Desah Shani tak kuasa lagi menahan semuanya ini
Sontak Gracia membalikan tubuh Shani menghadapnya, sedikit turun untuk mensejajarkan wajahnya dengan dada Shani, disingkapnya baju itu sedikit ke atas memperlihatkan dua gunung kembar milik Shani yg sudah menegang, Gracia lalu melahapnya lembut. menghisapnya seperti bayi kehausan
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CHOCOLATE
Random"Aku tau, Sangat tau. Bahkan saat kamu memilih tidak mau tau, Apa boleh buat? Aku tetap mau tau!", - Shania Gracia "Terserah," - Shani Indira