.
.
.Senja berlalu begitu saja, Sepeninggal kenangan di batas pantai kala itu! benar-benar kesan sementara yang terbaca oleh akal sehat. Benar, itu cukup menggambarkan definisi 'sementara' yang fisualis.
Terkadang rimbun awan dan riak ombak tidak mampu menyampaikan sebuah makna dari kata ganti 'sebentar'
Tapi ini senja. yang kilaunya dengan anggun mengungkit kalimat paling menyakitkan di muka bumi ini 'sementara'. Astaga, benar-benar sempurna.Sore itu, sekian menit menuju petang. disana, di atas hamparan pasir putih nan megah, yang kilaunya merambat hingga langit, yang kalau digambarkan seperti guratan takdir rumit itu, seseorang duduk termenung menanti gelap. Sendiri, sepi. Menangis sesenggukan dalam sunyi, isakan nya seakan memecah keheningan. jeritan di dadanya seolah berperang dengan deru angin yang meriak. Lelah, itulah yang sedang ia pergelutkan saat ini, sesekali ia melirik pada benda pipih di samping kanannya yang tergeletak diatas tumpukan pasir yang basah itu, mengusapnya seraya menekan sekali bulatan kecil di samping bagian kiri, "Cepet banget, udah jam segini aja" Lirihnya di sela-sela deru nafas yang tersengal.
"Graciaaaaa," teriak seseorang yang dengan tergopoh berlari ke arahnya,
" Dicariin dari tadi, makan gak? yuk?, " sambil tersengal-sengal ia berusaha menghirup sebanyak oksigen disekitarnya, keningnya mengerut, dilihatnya gadis yang ia panggil itu diam tak bergeming, terlihat goresan klasik di kening wanita itu tatkala ia melirik, namun tatapannya tak bermakna. kalut, dia sedang tidak baik2 saja. matanya sembab, pipinya memerah semerah tomat.
"Abis nangis?" tanyanya seraya mendudukan diri di samping sang mpunya nama yang diteriaki sekian detik lalu itu. ia memandangi wajah sigracia itu dengan rasa yang cukup pilu. sesak, ia merasa sakit melihat kondisi seorang di samping kanannya ini
"masuk yuk?" ajaknya seraya menarik tangan manusia itu dengan perlahan dan berdiri sambil tersenyum lembut
"Siska mana? - akhirnya gracia membuka suara, tatkala jemarinya di genggam erat dan ditarik paksa secara perlahan menuju sebuah kotage dipesisir pantai tak jauh dari tempat ia termenung tadi
"Aya jawab! Sisca mana?" Tanyanya lagi dengan intonasi lebih tinggi satu oktaf dari sebelumnya. Aya. gadis yang meneriaki sigracia itu menghentikan langkahnya seraya berbalik menatap Gracia dengan sendu
"Satu sama! gak enak kan dicuekin? hm?" dasar Aya, lagi kondisi genting kayagitu aja masih sempat2nya beradu tanding!
"Sis.. Siscaaa" Teriak aya saat mereka memasuki sebuah kotage kecil yang didalamnya terdapat 2 kasur king size empuk itu, lalu ia duduk diatasnya sambil memainkan hanphone. gracia? ia langsung duduk di kursi rias yang ada di kamar itu dan mengambil cat kuku di atas nakas lalu memakainya. iya dia gabut!
"Apasi teriak2 deh.." jawab sisak dari arah pantry yang ada di belakang pintu ruangan kotage dengan membawa nampan berisikan makanan dan susu,
"Makan dulu kuy, mama udah bawain nih buat dedek2 gemes ini. sini-sini" ucapnya seraya terus melangkahkan kaki ke arah teras samping kamar yang langsung terhubung dengan laut, di bukanya pintu itu, angin malam dari arah laut pun menyerebah menerpa kulit halusnya, dingin, namun membuat rileks. Aya segera mengnyusul setelahnya Gracia pun bangkit dan menaruh kutek itu lagi di nakas lalu pergi menghampiri Aya dan Sisca
"besok kita balik? tanya Gracia sambil memakan shanwich di tanganny
"Yoi, tenang aja next ada waktu kita liburan lagi ok?" hibur siska yang mengerti keadaan gracia yang tak ingin mengakhiri masa berliburnya itu "Makan yang banyak, nanti gue sedih kalo lo tiba2 kurus" hibur Sisca seadanya sambil menyodorkan isi piring dalam nampan dihadapannya itu pada Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK CHOCOLATE
Random"Aku tau, Sangat tau. Bahkan saat kamu memilih tidak mau tau, Apa boleh buat? Aku tetap mau tau!", - Shania Gracia "Terserah," - Shani Indira