⚠️⚠️CERITA MENGANDUNG BAWANG⚠️⚠️
ALUR SUDAH DIREVISI
TRIPTHA SERIES 1 : EVIDEN Memandang Semesta Dari Mata Yang Terluka
Semesta itu indah jika dilihat dari mata orang-orang yang bahagia, tapi bagaimana jika keindahan semesta dilihat dari mata yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku terbungkam. Hingga akhir acara dan hingga pagi. Aku bolos sarapan. Berangkat sekolah sangat pagi untuk meninggalkan rumah itu secepat mungkin.
Seseorang tidak akan menumbuhkan bunga jika tidak untuk dipetik. Sekarang aku tau apa rencana Papa dengan mengadopsiku. Dia ingin aku jadi boneka yang dipoles hingga cantik, lalu dijual kepada siapa saja yang bisa memberinya keuntungan.
Apa maksud dari semua ini? Menjodohkan seorang gadis berusia 18 tahun dengan laki-laki berusia 50 tahun hanya karena alasan pekerjaan?
PAPA SUDAH GILA.
Atau mungkin aku yang kurang berterimakasih? Tapi tetap saja itu bukan hal yang normal.
Dan Mama ....
Dia hanya terdiam. Tidak ada sedikitpun pembelaan padahal aku sangat berharap dia tau apa yang kurasakan. Ternyata tidak. Mereka mengadopsiku untuk kepentingan bisnis dan kepentingan bisnis itu tidak wajar.
Aku mengusap air mata di pipi. Sejak matahari terbit, aku sudah tiba di rooftop sekolah. Kupikir aku akan menemukan ketenangan seperti kemarin di sini, tetapi justru pikiranku semakin rumit.
Bayangan tentang hari pertama aku menghabiskan waktu di rumah Mama dan Papa menyita perhatianku. Hari itu adalah hari paling indah seumur hidupku. Setelah tinggal di sana, aku bisa merayakan hari ayah karena akhirnya aku punya ayah, aku juga bisa merayakan hari ibu. Yang paling penting, aku bisa merayakan hari ulang tahunku seperti orang-orang merayakan hari ulang tahun mereka.
Ternyata itu tidak ada artinya lagi sekarang, semenjak aku tau tujuan mereka mengadopsiku.
"Lo nggak mau bunuh diri lagi, kan?" tanya suara dalam dari belakang. Samar-samar masih bisa kudengar di tengah angin pagi yang menerpa.
Aku menoleh. Vicky berdiri lima meter di belakang sana. Dia mengenakan seragam lebih rapi daripada biasanya. Kali ini dia tidak menutup seragamnya dengan jaket serta ada dasi berkibar terpasang di dadanya.
Aku terdiam. Untuk sementara tidak ingin bicara pada siapapun. Sambil mengusap air mata di pipi, aku memunggungi Vicky lagi.
Aku menunggu hingga lima detik dengan air mata yang terus mengalir. Aku menoleh ke belakang dan dia masih berdiri di sana sehingga aku mulai bertanya-tanya, kenapa dia ada di tempat ini? Padahal setauku, rooftop tidak pernah dikunjungi oleh siapapun, itu sebabnya aku datang ke sini untuk menenangkan diri.
"Kenapa lo masih di sini?" tanyaku dengan nada bergetar.
Dia duduk di atas atap sambil menatap langit di kejauhan. Seperti kegiatan yang dia lakukan kemarin. "Ini tempat gue."
Aku menautkan alis. "Tempat lo?"
"Sebelum lo tiba di sini, tempat ini udah jadi kekuasaan gue."
Jadi itu sebabnya dia sering muncul dan menghilang secara misterius. Karena dia sering berada di rooftop?