~Gavin~
📓📓GAVIN dan Gitta tengah berada di kantin sekolah ketika jam istirahat tiba. Mereka berdua saja, karena Arga sedang pergi bersama Danial, entah kemana. Meskipun Arga dan Gitta sudah berbaikan, tapi lelaki itu sepertinya canggung berkumpul dengan mereka. Dia takut jika kehadirannya akan menganggu sepasang kekasih itu. Makannya Arga beralasan jika dia punya urusan bersama Danial, teman klub sepak bolanya.
Di menit-menit pertama mereka hanya diam begitu saja. Entah kenapa rasanya tidak ada topik yang menarik untuk bahas. Sampai kemudian Gitta teringat sesuatu. Dia bertanya pada Gavin, kala lelaki itu menyesap minuman es jeruk yang ada didepannya.
"Vin," panggilnya, membuat Gavin menatap. Dia harus menelan isi mulutnya dulu sebelum menjawab.
"Iya?"
"Kamu... kenal, sama orang berambut merah?" tanyanya hati-hati.
Mendengar itu mengundang reaksi bingung Gavin. "Apa? Maksud kamu, orang yang ngecat rambutnya merah?"
Gitta mengangguk.
"Siapa?"
"Murid di sini, Vin."
Gavin mengerutkan dahi. "Tapi 'kan, aturan sekolah semua murid rambunya harus hitam, Gitt."
"Aku tau. Tapi aku lagi nyari orang yang pernah ngechat rambutnya jadi warna merah. Mungkin pas waktu libur, atau kapan gitu."
Gavin tak langsung membalas, dia bingung kemana arah pembicaraan Gitta kali ini. Entah kenapa tiba-tiba dia malah menanyakan hal itu padanya.
"Ini.... Soal Fayyana?" tebak Gavin.
Karenanya Gitta terkesiap. Dia lalu mengangguk untuk mengiyakan. "Iya. Fayya kayak ngasih petunjuk ke aku. Tapi aku kurang yakin," balasnya lirih.Mendengar kata petunjuk, Gavin dibuat terkejut. "Petunjuk? Kamu tau dari mana? Fayyana ninggalin pesan atau..." kalimatnya terpotong. Dia berusaha mencerna apa yang sudah Gitta katakan.
Namun Gitta tak menjawab, dia membiarkan lelaki itu berpikir sendiri. Terlihat kegelisahan diwajahnya. Satu hal yang kini Gavin tau, jika Gitta mengira orang yang sedang di curigainya atas meninggalnya Fayya, pernah mengecat rambutnya bewarna merah. Terlepas jika pada waktu Fayyana terjatuh rambutnya memang bewarna hitam. Tapi mungkin saja dia pernah mengecat rambutnya sebelum itu, hingga dengan cara itulah Fayya memberi tanda padanya.
Gitta masih terdiam, kini kepalanya ditekur sembari memainkan sendok dan garpu dipiringnya. Barangkali dia bingung, atau mungkin dia juga tidak ingin menceritakan masalah itu pada Gavin.
Sadar dengan kebungkaman Gitta, Gavin tidak bertanya lagi. Dia tidak ingin memaksa gadis itu jika dia sendiri memang tidak ingin menceritakannya.
Masih ada dinding pembatas diantara mereka. Gavin sangat tahu akan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing She Has: Diary After Death (END)
Teen Fiction~THE THING SHE HAS: DAIRY AFTER DEATH~ Aruna Gitta, tak mengira jika diary yang dia temukan dari loker sahabatnya Fayyana Tanissya, memiliki keanehan ketika pemiliknya tewas. Seolah menjadi penguak misteri dan berita kematiannya, diary itu menyimpan...